Langkah #5 Lorong Waktu..!!
19 Maret 2015
Membuka mata, setelah pingsan dari kemarin sore, dan
berharap berada di kosan, itu mustahil..!! haha...!! entahlah, tetiba ingin
segera pulang. Mungkin karena udah gak makan nasi beberapa hari dan mungkin
sampai nanti. Karena pagi ini, sarapan masih bersama pancake mangga. Yoi,
pancake yang ada potongan mangga di atasnya. Ditambah segelas teh tarik, teh
yang ditambah susu kental manis.
Agenda hari itu adalah mengunjungi citedalnya Hue. Atau
benteng atau istananya si Raja Nguyen.
|
pintu masuk, entah pintu sisi yang mana |
Memasuki citadel ini seperti lorong waktu yang membawa saya
ke zaman-zaman kerajaannya China atau Korea. *korban film sih sebenarrnya*. Melihat dinding-dinding tembok yang setinggi 1.5-2 m
mengingatkan saya pada film Jang Geum atau Dong Yi, atau film si bulan dalam
pelukan matahari. Kenapa? Soalnya mereka kan suka kabur dengan manjat
dinding-dinding itu atau saat mereka mengendap pengen masuk ke istana.
|
tembok pembatas istana |
|
pintu masuk lagi |
Masuk ke dalam istana, melihat halamannya yang begitu luas,
juga berhasil membuat saya melihat dalam bayangan bahwa di istana itu sedang
ada acara kerajaan, yang ada penari, musik, makanan, dan pengawal-pengawal
ganteng. *masih membayangkan film-film Korea*. Dan masuk lagi jauh kedalam, banyak paviliun-paviliun atau
rumah-rumah kecil tempat permaisuri, selir, putra mahkota, ibu suri. Ah..!!
benar-benar menakjubkan. Seandainya si raja ganteng yang dalam film The Moon
Embracess The Sun itu benar-benar ada disana. Sebenarnya mustahil sih, orang di
Vietnam, tapi ngebayangin kerajaan Korea. Haha.. tapi ya itu, gaya, arsitek,
dan warnanya itu gak jauh beda sama Korea dan China, merah dan emas.
|
lapangan utama istana, tempat acara-acara resmi.
sebenarnya masih luas, cuma gak ketangkap kamera |
|
bunga-bunga dalam istana |
Ya, bekas kejayaan-kejayaan kerajaan mereka di zaman dahulu
kala masih berbekas, terjaga dan tertata rapi. Masih, sejarah tetap menjadi “barang
jual”disini karena sejarah memang menarik untuk diperbincangkan. Dan ketika
tersadar, bagaimana dengan kerajaan-kerajaan di Indonesia? Kejayaannya? Yang
saya rasakan mulai hilang ditelan zaman. Sedih..!! sempat menjadi diskusi saya
dan si kawan, jadi pengen tau, istana kerajaan-kerajaan di Indonesia gimana ya?
*mikir dan mulai searching* yang saya tau, kerajaan di Indonesia bergerak di
pusat kota, dan alun-alun tempatnya yang ada pintu di sisi Barat, Timur, Utara
dan Selatannya. Dan itu sih katanya, ada artinya, nah saya masih belum tau. Dan
yang masih jelas dan berbekas adalah keraton Yogyakarta dan Solo.
|
sisi bagian istana yang kena bom..!! *masih belum di pugar* |
Puas mengelilingi citadel yang luasnya luar biasa, akhirnya
kita nemu suatu paviliun yang adem, yang ada pohon-pohon dengan daun yang
menjuntai indah dan ada aliran sungai di sisi kiri dan kanannya. Lagi-lagi
teringat si Raja dan Dong Yi lagi pacaran di jembatan dengan lampu yang
temaram. Dan tiba-tiba berharap, si pangeran ganteng juga datang dan kita
ketemuan. Ahaayyyy...!!!!
|
jembatan cinta, hahahyyyy...!! |
|
paviliun entah untuk siapa [saya lupa], sepi..!! |
|
masih dinding dalam istana |
|
pintu yang membatasi antara lapangan paviliun satu ke paviliun lain |
Cuma mengelilingi Citadel, tapi berhasil memubunuh waktu
hari itu. Akhirnya, jam 3 sore, saya dan si kawan benar-benar mengakhiri film
korea dan raja-raja yang ganteng dalam kepala. Mungkin itu pilihan tepat
sebelum kita diusir karena entah kenapa bisa betah berlama-lama dalam istana.
|
kuning dan merah, kayak di film-film kerajaan korea yak? |
|
ini juga masih gerbang kesekian untuk menuju istana utama |
Jalan kaki..!! entah hobi atau memang bule kismin. Ya, kita
memilih jalan kaki menuju dan kembali dari citadel dengan mengambil rute yang
agak berbeda saat datang. Angin sepoi-sepoi, matahari yang mulai turun secara
perlahan tapi pasti, tetap menjadi pemandangan yang menakjubkan bagi saya.
Menyusuri kota yang penuh dengan pesepeda dan pejalan kaki, itu juga luar
biasa. Dan memilih jalan di tepi sungai, yang ada kedai-kedai tempat ngedate
dan ngopi dengan pemandangan yang lepas menuju matahari senja di ujung sungai,
dan lampion yang mulai satu-satu bersinar itu apalagi selain decak kagum dan
ahh..!! so romantic gak sih??!! Andai kamu ada disini. Huehehe..
|
matahari, menuju peraduannya..! |
Kita memilih untuk berhenti di salah satu taman, sambil
menunggu senja benar-benar hilang. Tapi siapa sangka cewek Vietnam manis
menghampiri kita. Terjadilah diskusi yang seru seolah teman lama yang baru
bertemu. Bertukar kabar dan cerita, itung-itung belajar ngomong biarpun bahasa
inggris belepotan, setidaknya sama-sama belepotan, dan kita saling mengerti dan
memahami. Dari si cewek-cewek inilah saya baru ngerti kenapa di Vietnam banyak
Lampion, toh emang dahulu kala untuk penerangan. Mungkin di Inodensia lebih di
kenal obor kali ya. Hehe.. yang membuat saya salut adalah mereka mengerti akan
adanya AEC-Asean Economic Community, yang artinya akan ada persaingan antar
negara, artinya lagi bahasa sangat diperlukan, so? Mereka gak malu buat menyapa
para bule yang ada di sekitar taman buat belajar bahasa dan berbicara secara
langsung sama bule. Yap..!! dan saya belum melihat budaya ini di Indonesia.
Yang saya liat, sebagian siswa atau mahasiswa di Inodenesia akan berdecak kagum
melihat bule lewat, dan akan malu atau hilang kalau bule ngajak ngomong. Iya
gak sih? Atau Cuma hanya sebagian kecil yang seperti itu? *karena saya termasuk
bagian dari mereka*.
|
yeayyy...!! teman baru..!! |
Dan karena mereka, saya mulai sedikit berani ber cas cis cus
dikit dengan para bule. Kalau kosa kata yang ingin saya ucapkan gak tau, maka
pake bahasa isyarat. Bingung-bingung dah. Untungnya si kawan, rada jago ngomong
dan nyari kosa kata, jadi terbantulah sedikit.
|
ngobrol sampai malam, jembatan warna warni..!! |
Ya, hari itu saya mendapat pelajaran, gak ada kata lain
untuk tau selain kita mencoba. Dengan mencoba, dan terus mencoba, maka sedikit
demi sedikit kita membuat perubahan kecil di diri kita. Seperti bahasa. Si
kawan dari Vietnam bercerita, pertama kali dia ngajak bule ngomong, dia di
tolak mentah-mentah sama si bule, karena si bule gak ngerti tuh bocah ngomong
apa. Tapi ya begitulah, gak ada kata nyerah, pada akhirnya bahasa si kawan itu
mulai meningkat, dan bisa di mengerti. dan bagaimana dengan saya? *mikir,
sambil pulang*.
Next!
Langkah #6
0 komentar: