Burung, Ranting dan Purnama

19.00 ipeh the pooh 0 Comments

Kita sudah memasuki Jumat minggu ketiga ya dik, proyek seminggusegambar masih terus berjalan.

Dan gambar Jumat ini adalah...
Kenapa purnama dan reranting identik sama burung ya?
kenapa gak kucing? Kucing juga kan suka nangkring di pohon?


Yak, Ada gambar burung, ranting dan purnama.

Kamu bingung ya dik, kenapa burung selalu nongkrong cantik di ranting tanpa daun dan ketika purnama sedang bersinar cantik? Kenapa tidak kucing? Haha! Karena kucing bukan hewan malam dik, sedangkan burung, tepatnya burung hantu adalah hewan malam. Dan, purnama selalu muncul ketika malam. Maka, meskipun kucing suka nangkring di pohon, kucing tidak akan ketemu purnama. Karena bagi kucing, malam adalah waktunya tidur. Tetapi tidak dengan burung, tepatnya burung hantu.

Jadi mengapa burung hantu identik deng ranting dan purnama? mungkin mereka bertiga mempunyai kekuatan yang sangat dalam dik. Seolah-olah mereka adalah satu kesatuan yang tak dapat dipisahkan. Iya, dimana ada purnama maka disana akan kita jumpai burung hantu yang sedang bertengger manis di ranting. Sayangnya, pemandangan sederhana itu, jarang sekali kita temui dik. Bahkan, aku saja tidak pernah melihat pemandangan itu dik. Aku hanya melihatnya dibuku-buku dongeng dan foto-foto orang lain.

Kamu tau dongeng burung hantu dik? Tidak? Sini, mari dengarkan kakakmu bercerita.

Pada suatu masa, burung hantu sama seperti burung-burung lainnya. Mereka meninggalkan sangkar saat matahari mulai menyibak malam, dan kembali saat matahari kembali keperaduannya. Burung hantu bermain riang kesana kemari.

Suatu malam, burung hantu kedatangan tamu, seekor kunang-kunang. Kunang-kunang kesepian dan mengajak burung hantu untuk bermain di hutan. Namun, burung hantu enggan untuk keluar sangkarnya. Burung hantu ingin istirahat. Tapi, kunang-kunang pantang menyerah. Setiap hari kunang-kunang datang ke sangkar burung hantu untuk mengajaknya bermain.

Burung hantu mulai penasaran dengan keadaan hutan saat malam hari. Maka, malam itu, tepatnya ketika bulan purnama bersinar terang, burung hantu tidak segera tidur. Ia menunggu kunang-kunang untuk mengajaknya bermain. Sayang, kunang-kunang tak pernah datang kembali.

Sejak saat itu, burung hantu hanya bisa bertengger di sangkarnya menatap langit. Berharap, kunang-kunang, temannya itu kembali mengajaknya bermain.

Oleh karena itu, kita sering menjumpai burung hantu bertengger di ranting pohon saat purnama.

Cerita itu hanya dongeng dik, dongeng yang baru saja ku tulis. Dongeng yang kutulis ini memang menggambarkan sosok yang kesepian. Tapi, faktanya aku tidak benar-benar mengetahui apakah sosok burung hantu itu benar-benar kesepian atau tidak. Memang, malam identik dengan sepi dan sunyi.

Kau tau, Dik? Sesungguhnya burung hantu memang burung malam. Ia termasuk dalam golongan hewan nokturnal, yaitu hewan yang beraktivitas saat malam hari. Bukan hewan yang meratapi kesedihan sepanjang malam di bawah ranting dan saat purnama. Hanya saja, mata kita mampu melihat kebaradaannya ketika malam diterangi oleh sinar purnama. Malam yang gelap, mampu menyamarkan kebaradaan burung hantu, si hewan malam ini. Karena ternyata, memang bulu-bulu burung hantu berwarna gelap. Bulu yang berwarna gelap itu membantu burung hantu untuk mengelabui mangasanya. 

Burung hantu identik dengan burung yang menyeramkan, hanya karena burung hantu memiliki wajah yang berbeda dengan burung-burung lainnya. Wajah burung hantu bulat besar dengan mata yang tajam, paruh yang bengkok. Dan, leher burung hantu dapat berputar 180 derajat. Artinya, burung hantu dapat melihat keadaan belakang tanpa harus memutar badannya. Itulah yang membuat burung hantu terkesan menyeramkan dan terasa selalu berada dalam kesedihan.

Mengapa ia senang di ranting tanpa daun? Sepertinya tidak begitu, dik. Hanya saja, ranting-ranting tanpa daun, purnama bersinar terang lah yang membuat burung hantu seolah-olah selalu berada di ranting dan purnama. Seperti penjelasanku di awal, ranting tanpa daun membantu sinar purnama langsung membidik burung hantu, dan terlihat oleh manusia. Dan begitulah, dengan sendirinya burung hantu memiliki ikatan dengan ranting tanpa daun dan purnama.

Pekanbaru,
20 Januari 2017

0 komentar:

Taman Kota!

20.37 ipeh the pooh 1 Comments

Yak! gak kerasa jumat kedua minggu ini sudah lewat Artinya, #seminggusegambar 02 seharusnya sudah rilis. Tapi, faktanya sekarang hari sabtu, dan saya baru rilis tulisannya, yang artinya lagi untuk minggu kedua ini saya FAILED!! Hiks. Alasannya klasik sih, sibuk! padahal mah pembenaran diri aja karena malas dan menunda pekerjaan. Haha!

Baiklah, gak masalah Jumat minggu ini sudah lewat, yang namanya hutang harus dibayar, so? saya akan tetap menulis tentang gambar yang dikirim si Adik.

Jika minggu lalu, tantangan #seminggusegambar yang diberikan si adik adalah tentang kepala dinosaurus yang ada di awan, sekarang si adik pengen liat yang hijau-hijau, seperti gambar ini.
"Kapan ya, ada taman kek gini di Pekanbaru?"
Ehm, sepertinya si adik rindu masuk hutan, bosan dengan hutan beton di kota. Iya! Si adik bertanya "kapan ya, ada taman kek gini di Pekanbaru?"

Loh, emang kenapa dengan Pekanbaru? Emang Pekanbaru gak ada taman ya? Ada dong, Pekanbaru punya taman kota juga, tapi berbeda dengan gambar harapan si adik. Rimbunnya hutan dan air sungai mengalir indah ke samudera, bersama teman bertualang... *plak! kenapa jadi soundtrack ninja hattori?


Membayangkan Pekanbaru punya sudut kota seperti itu? kakak juga pengen sih. Hehe! Gimana gak mupeng coba, Pekanbaru adalah kota 1000 beton menurut saya. Iya, pembangunan hotel, ruko sudah sampai ke pelosok-pelosok Pekanbaru juga. Yoi, jadi gambar seperti ini emang sangat dirindukan.

Tapi gini, sebenarnya Pekanbaru udah ada kok taman-taman yang hampir menyerupai gambar itu. Iyak! pemerintah Pekanbaru sedang berusaha untuk membangun ruang hijau agar kota kembali menjadi menyenangkan untuk menikmati hidup. Hanya saja, sampai saat ini belum sampai seperti itu.

FYI ya dik, Pekanbaru ternyata punya lima taman kota. Sini, kakak jabarin dulu ya, dan kita akan mencari persamaan dari taman kota di Pekanbaru dengan yang ada di gambar itu.

1. Taman Kota Diponegoro. Nama taman ini berasal dari lokasinya yang emang berada di jalan Diponegoro. Taman ini menyediakan arena bermain anak-anak, jalur jogging, pohon, dan kolam. Yuhuu..! Taman Diponegoro punya hutan dan kolam hijau cuma di tengah kolamnya, gak ada jembatan. Sebenernya ini kece kan dik? mirip sama tempat yang kamu bayangkan. dan letaknya, di tengah kota!
Taman Kota Dipoengoro
Sumber Foto : Tripriau
2. Hutan Kota. Ternyata, selain taman kota, Diponegoro juga punya hutan kota yang punya jejearn-jejeran pohon menjulang ke langit biru dan disana ada aliran air yang mirip sungai.
Hutan kota
sumber foto : tripriau

3. Taman Arifin Ahmad. Sama seperti Taman Kota Diponegoro yang namanya diambil karena posisinya di Jalan Diponegoro, Taman Arifin Ahmad juga begitu. Taman ini berada dipersimpangan jalan Arifin Ahmad dan Sudirman, Taman ini gak punya kolam, cuma taman yang punya bangku-bangku dan arena bermain anak-anak. Kesannya hijau, tapi siang hari tetap aja panas. Huehehe!
Taman Kota Arifin Ahmad
Sumber Foto : Tripriau
4. Stadion Utama Riau. Kamu heran dik, kenapa Stadion termasuk taman kota? Ternyata, taman itu gak melulu identik dengan pohon dan bunga. Lapangan terbuka juga bisa disebut taman dimana orang-orang bisa melakukan aktivitas luar ruangan seperti olahraga, jalan-jalan sore atau hanya sekedar nongki-nongki cantik dengan teman-teman. Nah, Stadion Utama ini menyediakan fasilitas itu, dan masih ada seuprit tanaman di sudut-sudut stadion. Ehm, ini emang jauh banget dari gambar itu. hehe
Stadion Riau
Sumber foto : tripriau
5.  Science Park Riau. Wuih! Ternyata dik, Riau punya science park! yang letaknya ada di Universitas Riau. ketika mendengar namanya apa yang kamu pikirkan? Apakah taman yang penuh dengan tanaman-tanaman langka seperti kebun raya Bogor? Ehm, kalau itu yang kamu pikirkan, maka jeng...jeng..! selamat anda belum beruntung. Iya! Science Park disini itu artinya adalah taman untuk berkumpul mahasiswa untuk melakukan diskusi. Baik itu tentang pengetahuan, politik, atau sekedar diskusi ngalor ngidul menunggu waktu.
Science Park
Sumber Foto : tripriau
Kira-kira begitulah taman-taman yang ada di Pekanbaru. Beda ya sama yang ada di gambar? Kapan Pekanbaru punya taman seperti itu? Mungkin ketika laju pertambahan populasi manusia dan perkembangan industri dapat diminimalisasi. Ketika pembangunan beton sudah tidak menarik lagi bagi manusia. Kapan? Entahlah.

Pekanbaru,
14 Januari 2017

1 komentar:

Awan : Ada Kepala Dinosaurus

19.00 ipeh the pooh 1 Comments

Selamat malam dik adik!

Apa kabar? Semoga kita semua berada dalam keadaan sehat dan berbahagia!

Wokeh! Postingan tiap Jumat mulai hari ini sampai tiga bulan kedepan, saya (kakak) akan bercerita tentang apa saja gambar yang diberikan oleh sang adik. Yoi, ini adalah proyek yang kakak dan adik sepakati, bercerita apa saja tentang gambar yang diberikan melalui tulisan. Iyes! karena menurut kami, gambar memiliki banyak cerita yang tersirat yang dapat kita kaji dari sisi manapun, dan tidak ada cerita yang salah tentang gambar itu. Iya toh? karena meskipun kita kembar identik, tetap memiliki cara pandang yang berbeda, meskipun sedikit. So, di proyek ini kami atau kamu juga boleh ikutan untuk belajar menerima pendapat orang lain mengenai satu hal. Hal yang sama, tapi pendapat dan cerita berbeda. Bukankah itu yang membuat kita menjadi kaya? Yoi, berbeda itu kaya! Hehe!

Dan, kali ini si adik memberikan gambar ini!
Adik berseru, "Lihat! ada kepala fosil dinosaurus!
kok bisa disana ya?"
ptonya diambil oleh @instawa
Si adik mengatakan bahwa dia melihat kepala fosil dinosaurus di gambar itu! Apakah kamu juga melihatnya?

Tidak? Jadi apa yang kau lihat di gambar itu?

Jejeran pohon? Kalimat Universitas Riau? Jalanan Aspal? Langit? Matahari yang bersempunyi dibalik awan? nah, itu dia! sedikit lagi kamu akan menemukannya! Itu! disana..! Coba lihat awan-awan itu, apakah kamu  menemukannya kepala dinosaurus? Tos! Aku juga tidak menemukannya. hehe! Aku justru menemukan ikan lumba-lumba disana.

Bagaimana denganmu?

Ehm, kau tak perlu harus berusaha menemukan kepala dinosaurus, atau ikan lumba-lumba. Kau boleh saja menemukan apa saja. Apapun yang kau temukan, berbahagialah. Artinya kau masih punya daya imajinasi. Hehe!

Menarik ya, ternyata awan-awan itu bisa membentuk apa saja. Dan kita bisa melihatnya seperti apa saja. Aku justru pernah menemukan cinta pada awan di langit biru itu. Tadaa! apakah kamu melihat gambar yang sama dengan apa yang kulihat? Tos!
ketika aku menemukan cinta dari langit
potonya diambil oleh ipehthepooh di kampus IPB tahun 2015
Eh, kamu tau gak sih, kenapa awan bisa mempunyai bentuk-bentuk seperti itu? Kok bisa? Yak, ternyata yang mempengaruhi bentuk awan-awan itu adalah angin dan tekanan di atmosfer.

Begini, kamu tau awan itu apa? Bagaimana awan itu terbentuk? dan mengapa awan bisa berubah bentuk menjadi lumba-lumba, fosil dinosaurus, atau hati seperti gambar-gambar diatas?

Mari, sini duduk, dan kakak ceritakan. Hehe!

Awan adalah gumpalan-gumpalan putih yang dapat kita lihat di langit biru. Ternyata awan itu adalah kumpulan dari tetesan air yang naik ke atmosfer karena adanya proses penguapan.

Loh, kok bisa terjadi penguapan? Karena adanya matahari. FYI, penguapan itu adalah proses perubahan zat cair menjadi gas karena adanya perubahan  atau proses pertukaran energi. Kamu tau kan kalau matahari adalah energi terbesar? Nah, ketika matahari menyinari bumi yang sebagian besar tersusun dari air (ada samudera, sungai, danau, sumur, bahkan air dalam tanaman), akan menyebabkan energi air tersebut menjadi tidak seimbang, maka molekul-molekul air akan mencari cara agar energi mereka seimbang. Dan ternyata, salah satunya adalah dengan melepaskan molekul yang paling dekat dengan permukaan cairan tersebut ke udara, atau nama lainnya adalah "menguap". Jadi, sebenarnya udara disekitar kita ini banyak uap-uap air yang sedang menuju ke atmosfer paling tinggi.

Iyak! uap-uap air itu memiliki massa yang lebih ringan, jadi gampang banget buat terbang tinggi keatas menuju atmosfer paling tinggi. Tapi, ketika uap air itu terus terbang tinggi, mereka akan sampai pada satu titik dimana suhu atmosfernya menjadi lebih rendah daripada si uap air ini, yang menyebakan terjadinya proses kondesasi. Kamu tau apa itu kondensasi? Kondensasi itu adalah proses perubahan gas kembali berubah menjadi zat cair karena ada proses pendinginan atau pelepasan energi.

Jadi gas atau uap air yang naik keatas atmosfer, kemudian bertemu dititik tertentu mengalami penurunan suhu akan menyebabkan uap air kembali menjadi titik air, tapi titik-titik air itu tidak langsung jatuh ke bumi. Mereka bersatu di udara, sehingga terbentuklah awan.

Apakah uap air yang menuju atmosfer itu akan selalu membentuk awan? ternyata tidak! Karena ternyata, kadang uap air yang telah mengalami kondensasi itu bertemu kembali dengan udara panas, sehingga titik-titik air itu kembali menjadi uap air dan awan akan hilang. Makanya kadang kita melihat langit penuh awan, dan tiba-tiba hilang menjadi langit biru yang bersih.

Nah, sekarang kenapa bentuk awan itu bisa berubah? Iya, karena apalagi selain angin dan suhu udara di atmosfer tadi. Jadi, ada waktunya semua uap air itu membentuk titik air dan berkumpul menjadi awan, tapi mereka di hembus oleh angin. Jadi, si titik air itu bergerak-gerak kesana kemari sehingga bentuknya berubah-ubah. Atau karena suhu yang panas, yang menyebabkan sebagian titik-titik air itu kembali menguap.

Begitulah kira-kira ceritanya. Ternyata awan itu berasal dari air yang mengalami proses yang panjang.

Sebenarnya masih banyak loh yang bisa kita gali dari cerita awan ini.
Eh, kamu tau ternyata asal mula hujan itu adalah dari gumpalan awan yang keberaratan menampung titik-titik air?

Mau tau?

Ehm, tunggu episode selanjutnya ya!
Hehe!

Selamat menikmati malam Jumat ya dik!

Pekanbaru,
6 Januari 2017.

1 komentar:

Riau Indah Wak! : PLTA Koto Panjang dan Air Terjun Arau Besar

13.32 ipeh the pooh 0 Comments

Tahun lalu, tepatnya tanggal 12 Desember 2016, saya ikut kegiatan kenduri puisi yang dimotori oleh Komunitas Rumah Sunting. FYI, kegiatan Kenduri Puisi itu sendiri adalah kegiatan "Kenduri" yang dalam kamus KBBI artinya adalah perjamuan, dan Puisi. Jadi selama kegiatan ini kita benar-benar dijamu dengan berbagai macam puisi yang dibacakan oleh siapa saja yang menjadi pesertanya. Dari seniman dan budayawan yang sudah malang melintang di dunia per-puisi-an sampai ke peserta yang cuma manggut-manggut aja dengan puisi, seperti saya, yang nulis puisi gak bisa, apalagi bacanya. Eh, kalau ngebaca bisa deh, tapi baca datar. Huehehe!

Uniknya kegiatan kenduri puisi ini adalah akan selalu ada yang namanya wisata puisi. Katanya, salah satu cara puisi itu terlahir adalah dengan keindahan, makanya kita membutuhkan tempat-tempat yang indah untuk melahirkan puisi-puisi baru. Nah, meskipun saya gak bisa nulis dan baca puisi, tapi nekat aja ikut bergabung dengan para penyair-penyair hebat ini. Selain buat nambah ilmu dan teman, hal yang paling saya cari adalah tempat wisatanya. Muohoho!. Karena penasaran aja, di Riau ada apa sih?

Ehm, berbeda dengan tempat wisata di pulau Jawa yang hampir semua akses transportasi umumnya ada (kalau gak ada, masih ada "ojek" yang bisa nganterin, wkwkwkkk), di Riau transportasi umum seperti itu sulit ditemukan. Jadilah, salah satu untuk mengeksplorasi Riau ini dengan mengikuti kegiatan-kegiatan komunitas seperti ini. Nah, kali ini Wisata Puisinya jatuh pada PLTA Koto Panjang dan Air Terjun Arau Besar.
ini bukan lukisan. Ini asli pemandangan danau PLTA Koto Panjang
Jepretan : Bang @Kacamata Gober
Danau PLTA Koto Panjang ini sebenarnya adalah waduk penampungan untuk sumber pembangkit listrik yang membentang di kecamatan XIII Koto Kampar. Untuk membangun waduk ini harus mengorbankan 8 desa di kecamatan XIII Koto Kampar, Riau dan dua desa di Kecamatan Pangkalan Koto Baru, kabupaten 50 Kota Sumatera Barat dan sekitar 4.886 kepala keluarga "terusir" dari desa yang telah bertahun-tahun mereka tempati. Delapan desa di kecamatan Koto XIII itu adalah desa Pulau Gadang, Muara Mahat, Tanjung Alai, Batu Bersurat, Koto Tuo,  Pongkai, Gunung Bungsu sampai Muara Takus.

Naik bus
Jepretan : Bang @Kacamata Gober
Lokasi danau PLTA hanya berjarak 30 km dari ibukota Kabupaten Kampar, atau sekitar 84 km dari Pekanbaru. Dapat ditempuh dengan kendaraan roda dua dan roda empat dengan estimasi lama perjalanan 2-3 jam perjalanan. Jalannya beraspal mulus dan berkelok-kelok. Berangkat dari Pekanbaru jam 9 pagi, akhirnya saya dan rombongan wisata puisi tiba di lokasi PLTA sekitar jam 11.00 siang. Oia, dari pemberhentian bis, kita harus treking dulu menyusuri hutan karet sekitar 15 menit menuju danau. Seru kok!
Treking melewati hutan karet menuju danau PLTA
Jepretan : Bang @Kacamata Gober
Danau PLTA Koto Panjang memiliki luas yang mencapai 12.400 ha dengan kedalaman 73.5-85.5 m dan tinggi bendungan 96 m. Ternyata, danau PLTA Koto Panjang mempunyai sejarah yang panjang dan rumit sejak tahun 1979 dimana PLN merencakanan pembangunan DAM skala kecil di Tanjung Pauh untuk memanfaatkan potensi sungai Batang Mahat, anak sungai Kampar Kanan.
Ngaso dulu, sebelum cus susur danau
Jepretan : Bang @Kacamata Gober
Sejak tahun 1979 itu, maka perusahaan konsultan Jepang TEPSCO (Tokyo Electric Power Service Co.Ltd) melakukan survey ini itu untuk pembangunan waduk. Ternyata membutuhkan waktu yang cukup lama sampai pembangunan waduk ini di ACC oleh pemerintah kabupaten Kampar dan masyarakatnya. Tepatnya, Januari 1993 barulah pembangunan waduk ini benar-benar dimulai dan selesai pada Maret 1996. Setelah melakukan uji coba penggenangan, maka Jumat 28 Februari 1997 danau PLTA diresmikan sebagai sumber tenaga listrik.

Selain 10 desa dan 4.886 kepala keluarga yang menerima dampak "penggusuran" dari wilayahnya demi PLTA ini, banyak juga fauna dan flora yang dikorbankan. Fauna yang turut mendiami hutan-hutan disekitar danau harus rela untuk dipindahkan ke tempat penampungan satwa, dan hutan-hutan juga harus dengan rela ditebang, demi kelangsungan hidup yang "berkelanjutan", demi adanya listrik untuk kehidupan masyarakat di Riau. Positif dan negatif selalu bersisian. Dampak-dampak negatif yang ternyata secara tidak sengaja saya temukan dalam beberapa artikel ternyata besisian dengan dampak positif kepada masyarakat yang ada disekitarnya. Salah satunya adalah pertambakan dan wisata.

Danau PLTA Koto Panjang menjadi lokasi memancing favorit bagi wisatawan yang hobi memancing. Di danau ini masih banyak ikan-ikan yang dapat ditemukan, seperti Ikan Toman, Baung, Geso, Balido, Barau, Tapa, dan Patin. Dari beberapa artikel yang saya baca, ikan toman dan ikan patin masih menjadi ikan andalan di danau ini, maksudnya masih banyak ditemukan. Tidak jauh dari danau ini, ada sebuah kampung yang terkenal dengan ikan patinnya, terletak di desa Koto Mesjid. Di kampung ini, setiap rumah memiliki minimal satu kolam ikan patin. Makanya jadi disebut dengan kampung ikan patin. Sayang, wisata puisi kali ini belum sempat berkunjung ke kampung tersebut.

Di tengah-tengah danau akan banyak kita temui tambak-tambak ikan. Tambak ini sebagai mata pencarian masyarakat disekitar danau. Jadi kalau malam, di atas danau ini seolah-olah ada kota, karena adanya lampu-lampu kecil dari tambak.Di sekitar danau juga banyak saung-saung lepas yang bisa digunakan untuk melepas penat, rehat dan makan siang bersama teman-teman perjalanan sambil menikmati kolaborasi air danau yang hijau, langit biru, dan awan putih yang berarak riang.

FYI, warna hijau pada air danau PLTA ini berasal dari fitoplanktan yang termasuk dalam golongan alga hijau biru atay Cyanobacteria. Fitoplankton dapat hidup dan berkembang dalam air jika suhu air diatas 25 derajat Celcius. Nah, mengingat Riau termasuk ke golongan dataran rendah yang suhu lingkungannya cukup aduhai jika siang hari berkisar antara 27-30 derajat celcius, maka gak heran kalau air-air penampungan termasuk waduk PLTA ini berwarna hijau. Oia, warna hijau fitoplankton berasal dari klorofil yang aktif jika terkena sinar matahari. Penjelasan lebih lanjut tentang zat hijau daun dapat kamu baca disini : Keajaiban Daun.
Danau yang hijau berkolaborasi dengan birunya langit
dan putihnya awan yang riang berarak
Jepretan : @Kacamata Gober

So, sepanjang danau kita akan melihat warna hijau danau yang merona ditambah dengan hutan-hutan di sekitar danau, langit biru dan awan putih yang berarak. Pas! mantap banget dah!

Hal lain yang membuat danau ini begit memesona adalah sekelompok kayu-kayu mati di tengah-tengah danau. Penebangan hutan akibat relokasi desa menyisakan kayu-kayu mati yang membuat danau ini menjadi lebih eksotis dan indah. Terasa memiliki kekuatan "magis" ketika matahari menuju peraduannya. Seakan-akan sang kayu tidak memiliki kesempatan lagi untuk menemui sang matahari besok pagi. Begitu sendu. Dan pemandangan itu, wajib kamu nikmati ketika kamu mengunjungi danau, sekalipun hanya numpang lewat-singgah sabanta- untuk menikmatai bekal yang dibawa dari rumah.

Mampir ke danau, selain memancing bagi yang hobi mancing, kita juga dapat susur danau loh. Kita dapat membuktikan betapa luasnya danau PLTA yang tetap "tumbuh" bersama kayu-kayu mati itu. Kita dapat menyewa kapal yang dikelola oleh pemuda setempat. Masih cukup terjangakau. Pasarannya sekitar 1jutaan untuk pulang pergi yang dapat menampung antara 25-30 orang. Jadi, bayarnya dapat patungan sama teman-teman perjalanan agar harganya jadi lebih murah. Kalau dihitung-hitung, kisaran 30-40ribu per kepala, dan itu udah pulang pergi. Menyusri luasnya danau, mampir di Pulau Tonga, dan diantar sampai ke "pintu" masuk air terjun dengan lamap perjalanan sekitar 1-1.5jam, apalagi kata yang bisa keluar selain "itu kapal cukup murah loh!".
Menyusuri danau dengan kapal dan payung. Puanase pol!
It's amazing!
Jepretan : Bang @Kacamata Gober
Iya, setelah tiba di danau dan makan siang di gubuk-gubuk yang ada, saya dan tim melanjutkan perjalanan menyusuri danau dan ke air terjun, Arau besar. tepatnya jam 12.00 kami cus meninggalkan gubuk mampir ke Pulau Tonga untuk shalat dan menikmati semilir angin yang melambai-lambai. Hanya butuh lebih kurang 30-45 menit perjalanan menuju Pulau Tonga ini.
Baca puisi di pulau Tonga
Jepretan Bang @Kacamata Gober
Eh, sebentar. Ternyata di tengah danau itu ada Pulau Tonga. Pulau yang tercipta dari gundukan daratan yang tidak tenggelam ketika penggenangan danau. Ternyata oh ternyata, kita dapat menikmati malam di pulau itu!. yak, kita bisa kemping menikmati hotel sejuta bintang bersama teman-teman. So awesome gak sih?.
Gaya sikit lah kami ya di Pulau Tonga
Jepretan : Bang @Kacamata Gober
Jangan khawatir, namanya sih memang kemping, tapi fasilitas MCKnya ada kok. jadi kita gak perlu khawatir mau buang air kemana dan gimana mau mandi. Hehe! Terus disana juga tersedia warung yang menyediakan makanan kalau kelaparan pas malam hari.

Jam 13.30 siang, kami cus lagi dari Pulau Tonga menuju air terjun Arau Besar. Nah, petualangan bak bocah petualang dimulai dari sini!

Menempuh 45 menit perjalanan menggunakan kapal, dengan kondisi danau hijau dan semakin lama jalurnya semakin sempit, artinya kayu-kayu matinya semakin banyak. Kalau, gak hati-hati kapal bisa kandas kepentok sama kayu mati di dalam danau. Disini juga nih, mata harus jeli, gak boleh asal-asalan menurunkan tangan atau kaki ke dalam danau. Karena itu sih, taku kepentok sama kayu-kayu mati yang tidak terlihat padahal dekat itu.
Ini leadernya sedang manggil kapal. So beautiful!
Jepretan Bang @Kacamata Gober
Semakin mendekati lokasi "pintu" air terjun, danau semakin dangkal. Tadaa! hal yang memandakan kita sudah samapi di "pintu" air terjun adalah ketika kapal sudah tidak bisa berlayar lagi. hehe! Artinya kita harus berjalan kaki menyusuri sungai menuju air terjun. Sungai ini adalah limpahan dari air terjun Arau Besar yang menuju danau. Berbeda dengan danau yang warna hijau, air di sungai ini justru bening, jernih, bersih yang berhasil buat saya mupeng ingin nyemplung. Loh kok bisa? Iya, karena airnya mengalir jadi fitoplanktonnya gak berkembang. Kira-kira begitulah alasannya.
Menyusuri sungai yang bening
Jepretan : bang @Kacamata Gober
Kira-kira satu jam berjalan kaki menyusuri sungai yang dimanjakan dengan ilalang-ilalang yang cocok banget buat foto-foto selfi, akhirnya sampai juga di air terjuan Arau Besar. Yattttaa! lelah perjalanan panjang terbayar sudah dengan pemandangan air terjun yang tinggi dan kolam ditengahnya yang manggil-mangil buat berenang. FYI, ketinggian air terjun Arau Besar ternyata mencapai 15-20 m. Tepatnya berapa, saya gak ngerti karena informasi yang saya peroleh dari berbagai sumber dan menghasilkan angka yang berbeda. Huahaha! jadi kira-kira segitulah tingginya.
Yatta! Ini setetes surga yang terjatuh di bumi lancang kuning
Jepretan : Bang @Kacamata Gober
Ternyata, air terjun Arau Besar ini punya tiga tingkatan. Tingat pertama atau yang paling bawah adalah air terjun yang paling tinggi yang mencapai 15-20 m itu, nah tingkat dua ketinggiannya cuma 6 m, dan tingkat tiga mencapai 4 m. Dan yang bisa dinikmati hanya air terjun yang ditingkat pertama. Konon katanya sih, yang tingkat dua dan tiga juga bisa dinikmati, cuma jalurnya curam dan licin. Resikonya terlalu tinggi dan butuh persiapan yang maksimal jika benar-benar ingin mencapai tingkat air terjun itu,
Air Terjun Arau Besar
Jepretan : Bang @ Kacamata Gober
Puas menikmati keindahan dan sapaan air terjun, saya dan kawan-kawan wisata puisi kembali menuju kapal yang akan membawa kami pulang ke kota.
Matahari di balik Pulau Tonga
Jepretan : Bang @Kacamata Gober
Selama perjalanan pulang, cuaca mulai mendung. Tapi, siluet matahari masih mencoba menampakkan diri pada kami, sebagai ucapan perpisahan. Dan itu adalah pemandangan yang cihuy!
Mendung dengan senja yang berusaha menyapa
Jepretan : @Kacamata Gober
Hari mulai gelap ketika kami sampai di gubuk. Penerangan disini hanya mengandalkan bulan dan bintang. Jadi, kami langsung cus kembali ke tempat pemberhentian bus. Dan bus mulai bergerak tepat pukul 19.30 langsung pulang ke Pekanbaru.

Seperti biasanya, perjalanan pulang akan menjadi lebih sepi dari perjalanan pergi. Yak! semua penumpang akan terlelap tidur menikmati perjalanan malam yang singkat. Tinggallah pak supir seorang diri yang berusaha membawa bus melaju membelah jalan malam yang berliku-liku menuju kota. Pukul 22.00 akhirnya sampai di titik bertemu awal dan say goodbye daghdagh dengan teman-teman seperjalanan.

Bagi saya, perjalanan selalu menyisakan cerita. Begitu juga dengan wisata puisi ini.
Ternyata, Riau Indah Wak!

Pekanbaru,
4 Januari 2017

0 komentar: