Riau Indah Wak! : PLTA Koto Panjang dan Air Terjun Arau Besar
Tahun lalu, tepatnya tanggal 12 Desember 2016, saya ikut kegiatan kenduri puisi yang dimotori oleh Komunitas Rumah Sunting. FYI, kegiatan Kenduri Puisi itu sendiri adalah kegiatan "Kenduri" yang dalam kamus KBBI artinya adalah perjamuan, dan Puisi. Jadi selama kegiatan ini kita benar-benar dijamu dengan berbagai macam puisi yang dibacakan oleh siapa saja yang menjadi pesertanya. Dari seniman dan budayawan yang sudah malang melintang di dunia per-puisi-an sampai ke peserta yang cuma manggut-manggut aja dengan puisi, seperti saya, yang nulis puisi gak bisa, apalagi bacanya. Eh, kalau ngebaca bisa deh, tapi baca datar. Huehehe!Uniknya kegiatan kenduri puisi ini adalah akan selalu ada yang namanya wisata puisi. Katanya, salah satu cara puisi itu terlahir adalah dengan keindahan, makanya kita membutuhkan tempat-tempat yang indah untuk melahirkan puisi-puisi baru. Nah, meskipun saya gak bisa nulis dan baca puisi, tapi nekat aja ikut bergabung dengan para penyair-penyair hebat ini. Selain buat nambah ilmu dan teman, hal yang paling saya cari adalah tempat wisatanya. Muohoho!. Karena penasaran aja, di Riau ada apa sih?
Ehm, berbeda dengan tempat wisata di pulau Jawa yang hampir semua akses transportasi umumnya ada (kalau gak ada, masih ada "ojek" yang bisa nganterin, wkwkwkkk), di Riau transportasi umum seperti itu sulit ditemukan. Jadilah, salah satu untuk mengeksplorasi Riau ini dengan mengikuti kegiatan-kegiatan komunitas seperti ini. Nah, kali ini Wisata Puisinya jatuh pada PLTA Koto Panjang dan Air Terjun Arau Besar.
ini bukan lukisan. Ini asli pemandangan danau PLTA Koto Panjang Jepretan : Bang @Kacamata Gober |
Naik bus Jepretan : Bang @Kacamata Gober |
Treking melewati hutan karet menuju danau PLTA Jepretan : Bang @Kacamata Gober |
Ngaso dulu, sebelum cus susur danau Jepretan : Bang @Kacamata Gober |
Selain 10 desa dan 4.886 kepala keluarga yang menerima dampak "penggusuran" dari wilayahnya demi PLTA ini, banyak juga fauna dan flora yang dikorbankan. Fauna yang turut mendiami hutan-hutan disekitar danau harus rela untuk dipindahkan ke tempat penampungan satwa, dan hutan-hutan juga harus dengan rela ditebang, demi kelangsungan hidup yang "berkelanjutan", demi adanya listrik untuk kehidupan masyarakat di Riau. Positif dan negatif selalu bersisian. Dampak-dampak negatif yang ternyata secara tidak sengaja saya temukan dalam beberapa artikel ternyata besisian dengan dampak positif kepada masyarakat yang ada disekitarnya. Salah satunya adalah pertambakan dan wisata.
Danau PLTA Koto Panjang menjadi lokasi memancing favorit bagi wisatawan yang hobi memancing. Di danau ini masih banyak ikan-ikan yang dapat ditemukan, seperti Ikan Toman, Baung, Geso, Balido, Barau, Tapa, dan Patin. Dari beberapa artikel yang saya baca, ikan toman dan ikan patin masih menjadi ikan andalan di danau ini, maksudnya masih banyak ditemukan. Tidak jauh dari danau ini, ada sebuah kampung yang terkenal dengan ikan patinnya, terletak di desa Koto Mesjid. Di kampung ini, setiap rumah memiliki minimal satu kolam ikan patin. Makanya jadi disebut dengan kampung ikan patin. Sayang, wisata puisi kali ini belum sempat berkunjung ke kampung tersebut.
Di tengah-tengah danau akan banyak kita temui tambak-tambak ikan. Tambak ini sebagai mata pencarian masyarakat disekitar danau. Jadi kalau malam, di atas danau ini seolah-olah ada kota, karena adanya lampu-lampu kecil dari tambak.Di sekitar danau juga banyak saung-saung lepas yang bisa digunakan untuk melepas penat, rehat dan makan siang bersama teman-teman perjalanan sambil menikmati kolaborasi air danau yang hijau, langit biru, dan awan putih yang berarak riang.
FYI, warna hijau pada air danau PLTA ini berasal dari fitoplanktan yang termasuk dalam golongan alga hijau biru atay Cyanobacteria. Fitoplankton dapat hidup dan berkembang dalam air jika suhu air diatas 25 derajat Celcius. Nah, mengingat Riau termasuk ke golongan dataran rendah yang suhu lingkungannya cukup aduhai jika siang hari berkisar antara 27-30 derajat celcius, maka gak heran kalau air-air penampungan termasuk waduk PLTA ini berwarna hijau. Oia, warna hijau fitoplankton berasal dari klorofil yang aktif jika terkena sinar matahari. Penjelasan lebih lanjut tentang zat hijau daun dapat kamu baca disini : Keajaiban Daun.
Danau yang hijau berkolaborasi dengan birunya langit dan putihnya awan yang riang berarak Jepretan : @Kacamata Gober |
Hal lain yang membuat danau ini begit memesona adalah sekelompok kayu-kayu mati di tengah-tengah danau. Penebangan hutan akibat relokasi desa menyisakan kayu-kayu mati yang membuat danau ini menjadi lebih eksotis dan indah. Terasa memiliki kekuatan "magis" ketika matahari menuju peraduannya. Seakan-akan sang kayu tidak memiliki kesempatan lagi untuk menemui sang matahari besok pagi. Begitu sendu. Dan pemandangan itu, wajib kamu nikmati ketika kamu mengunjungi danau, sekalipun hanya numpang lewat-singgah sabanta- untuk menikmatai bekal yang dibawa dari rumah.
Mampir ke danau, selain memancing bagi yang hobi mancing, kita juga dapat susur danau loh. Kita dapat membuktikan betapa luasnya danau PLTA yang tetap "tumbuh" bersama kayu-kayu mati itu. Kita dapat menyewa kapal yang dikelola oleh pemuda setempat. Masih cukup terjangakau. Pasarannya sekitar 1jutaan untuk pulang pergi yang dapat menampung antara 25-30 orang. Jadi, bayarnya dapat patungan sama teman-teman perjalanan agar harganya jadi lebih murah. Kalau dihitung-hitung, kisaran 30-40ribu per kepala, dan itu udah pulang pergi. Menyusri luasnya danau, mampir di Pulau Tonga, dan diantar sampai ke "pintu" masuk air terjun dengan lamap perjalanan sekitar 1-1.5jam, apalagi kata yang bisa keluar selain "itu kapal cukup murah loh!".
Menyusuri danau dengan kapal dan payung. Puanase pol! It's amazing! Jepretan : Bang @Kacamata Gober |
Baca puisi di pulau Tonga Jepretan Bang @Kacamata Gober |
Gaya sikit lah kami ya di Pulau Tonga Jepretan : Bang @Kacamata Gober |
Jam 13.30 siang, kami cus lagi dari Pulau Tonga menuju air terjun Arau Besar. Nah, petualangan bak bocah petualang dimulai dari sini!
Menempuh 45 menit perjalanan menggunakan kapal, dengan kondisi danau hijau dan semakin lama jalurnya semakin sempit, artinya kayu-kayu matinya semakin banyak. Kalau, gak hati-hati kapal bisa kandas kepentok sama kayu mati di dalam danau. Disini juga nih, mata harus jeli, gak boleh asal-asalan menurunkan tangan atau kaki ke dalam danau. Karena itu sih, taku kepentok sama kayu-kayu mati yang tidak terlihat padahal dekat itu.
Ini leadernya sedang manggil kapal. So beautiful! Jepretan Bang @Kacamata Gober |
Menyusuri sungai yang bening Jepretan : bang @Kacamata Gober |
Yatta! Ini setetes surga yang terjatuh di bumi lancang kuning Jepretan : Bang @Kacamata Gober |
Air Terjun Arau Besar Jepretan : Bang @ Kacamata Gober |
Matahari di balik Pulau Tonga Jepretan : Bang @Kacamata Gober |
Mendung dengan senja yang berusaha menyapa Jepretan : @Kacamata Gober |
Seperti biasanya, perjalanan pulang akan menjadi lebih sepi dari perjalanan pergi. Yak! semua penumpang akan terlelap tidur menikmati perjalanan malam yang singkat. Tinggallah pak supir seorang diri yang berusaha membawa bus melaju membelah jalan malam yang berliku-liku menuju kota. Pukul 22.00 akhirnya sampai di titik bertemu awal dan say goodbye daghdagh dengan teman-teman seperjalanan.
Bagi saya, perjalanan selalu menyisakan cerita. Begitu juga dengan wisata puisi ini.
Ternyata, Riau Indah Wak!
Pekanbaru,
4 Januari 2017
0 komentar: