Petani wanna be..!! (part 2)

10.38 ipeh the pooh 0 Comments


Horeee...!!! bahagia itu adalah ketika kamu bisa masuk ke sekolah yang kamu impikan tanpa tes. Apalagi ketika teman-teman masih pada galau mencari universitas, tapi kamu udah punya kursi di sebuah institusi yang cukup bergengsi, meskipun kalau orang nanya “kamu mau kulliah dimana?”, dan ketika kamu menjawab “di IPB..!!”, maka akan ada pertanyaan dan pernyataan lanjutan “di IPB? Kamu mau jadi petani?” dan seketika itu juga yang bisa kamu lakukan cuma nyengir kuda, garuk-garuk kepala bertanya, emang ada yang salah ya jadi petani?  *berhubung kala itu saya hidup di kota yang cuma bisa liat beton, cuma punya halaman dan kebun bunga seuprit di halaman rumah, dan belajar nanam dari sang nenek, dan saat itu bagi saya menanam itu menyenangkan, apalagi waktu mau masak tinggal ambil sereh di samping rumah, ambil tomat di depan rumah, bongkar kunyit, dan meretelin kacang hijau waktu panen. Panas sih, tapi siapa peduli*
https://pbs.twimg.com/profile_images/2764278036/55b8801ac9c6f881d81134345b497439_400x400.jpeg
ini logo kebanggaan agh44 IPB
Yoi, hidup di kota penuh beton itu kadang menyenangkan tapi gak juga.  Bisa jadi canggih, atau sebaliknya, akan merasa lebih kampungan dan norak dari orang kampung benaran. Oke, jujur saja, pertama melihat padi dari kejauhan di kampung nenek. Dan itu sangat menggiurkan. Ingin ikut main di pematang sawah, ngejar si burung yang makanin padi, tapi apa daya ketika ada larangan dari sang nenek, dengan alasan nanti saya hilang gak tau jalan pulang. *cuma bisa liat dari jauh dan menghela nafas*. Amazing ketika pertama kali melihat pohon alpukat, pohon cengkeh yang besar meskipun yang dimanfaatin bunganya yang kecil, dan terkaget-kaget melihat ada buah srikaya yang rasanya persis dengan masakan “srikaya” khas lebaran di rumah.  Yang jelas, untuk pertama kali masuk semester 3 dan memulai dunia pertanian ala anak kuliahan tahun 2008, saya terkagum-kagum ternyata masih banyak tanaman yang baru saya liat dan tau disini.

Lalu? Yoi, di semester 3 dan selanjutnya kuliah gak jauh-jauh dari tanaman dan kawan-kawannya. Dan manggut-manggut, pertanyaan-pertanyaan ketika kecil mulai terjawab satu-satu disini, meskipun kadang suka gak “ngeh” dan segera lupa dengan penjelasannya.

Jujur saja saya amnesia, saya lupa dengan apa-apa yang ada selama kuliah. Fokusnya Cuma lulus pas 4 tahun, lalu melanjutkan kehidupan sebagaimana mestinya. Yang saya ingat cuma, ketidaktertarikan diri pada dunia persawitan. Mungkin karena buah sawitnya gak bisa di cemilin. Dan ketika ditanya setelah lulus mau kemana, dengan lantang menyebut akan bekerja di dunia pertanian tanpa tau kemana yang jelas bukan sawit. Dan ketika ada yang nyeletuk, “kementerian pertanian? Pns dong?”, dan dengan sigap juga langsung menolak, tidak ada niat untuk menjadi pns. Trus? Yoyoiii...!! saya juga bingung kala itu, jadi saya mau kemana dong? Pokoknya pertanian..!! Cuma itu yang saya tau.

Dari niat itu, maka setelah lulus saya mulai berlayar dan sempat terdampar di dunia marketing pemupukan yang cuma sebulan, “dunia marketing” yang aneh, gak ada pilihan selain melanjutkan perlayaran. Setelah terombang ambing dengan keinginan hati dan takdir yang menyatakan belum saatnya untuk bekerja di BISI, EAST WEST, BALAI PENELITIAN KARET, SUGAR GRUP,  dan hampir nyemplung ke dunia perbankan, maka saat itulah “kebun bunga” memanggil. Voilaaa...!! bahagia itu sederhana. Akhirnya saya menikmati masa-masa menjadi petani kebun bunga yang berfokus pada pembibitan bersama teman-teman kecil disana yang membantu.

Tapi apa daya, kapal kembali harus berlayar, meninggalkan dunia yang menyenangkan itu karena beda misi dan visi dengan sang pemilik dunia. Daripada setengah hati, maka lebih baik kembali berlayar. Yap, Januari 2013 kapal kembali berlayar. Kapok bergelut di dunia pertanian? Kapok gak kapok sih. Yang jelas, jadi menemukan jawaban atas alasan yang sempat gak masuk akal di kepala saya, “mengapa kebun itu lebih memilih laki-laki daripada perempuan”. Ternyata karena kehidupan di kebun itu lebih keras, Jendral.

Apakah menjadi petani, bertani dan dunia pertanian tinggal kenangan? Saya pikir begitu.  Tetapi, masih ada aja cara dan ide gimana biar bisa tetap bermain di dunia cangkul mencangkul itu. Yuhuu...!! tercetus ide bersama teman-teman untuk kegiatan “delivery order sayuran”. Kembali bersemangat, meskipun hanya sebentar. Dan ide itu, masih sering bermain dan berseliweran di kepala. Meskipun kala itu, kapal berhenti di dunia pendidikan, masuk dalam dunia perbimbelan yang menarik.

So? Apakah petani wanna be berubah menjadi guru wanna be?
Hahaiii...!!

Cek lanjutan ceritanya.. ^^v

*tobecont*

You Might Also Like

0 komentar: