Sejarah Secangkir Kopi

21.51 ipeh the pooh 0 Comments

Srupuuut secangkir kopi susu dan mendengar sederet lagu Lindsey Stirling ternyata bisa membuat malam gerimis ini sedikit lebih hangat.
Es kopi dan pisang rebus, ngopi di kebun kopi
Pakse-Laos.
Kopi. Minuman hitam pekat pahit yang bisa membuat mata melek sepanjang malam ini ternyata menarik untuk ditulis. Ternyata kopi tidak hanya sekedar minuman yang bisa dinikmati dengan sepiring gorengan bersama teman nongkrong, tapi kopi mempunyai suatu "magis" yang kuat kepada siapa saja yang pernah menyentuhnya. Iya! ini serius, hampir semua yang pernah bersentuhan dengan kopi menuai sejarah, cerita dan cinta. Dan ternyata, memang begitu. Dibalik hitam pekat pahitnya, kopi memiliki sejarah, cerita dan cinta yang panjang.

Siapa yang mengira kopi, minuman favorit di dunia ini awal ditemukannya dari si kambing yang gak sengaja makan biji buah bery merah yang diprediksi sebagai kopi. Menurut legendanya, si penggembala yang bernama Kaldi ini, gak sengaja melihat si kambing makan buah bery merah yang kemudian bertingkah hiperaktif, melompat kesana kemari. Karena penasaran, Kaldi mencobaya juga, alhasil si Kaldi ini juga menjadi hiperaktif. gak selesai disitu, Kaldi memberitahu biarawati bahwa ada buah yang membuanya hiperaktif. Biarawati penasaran, kemudian mencoba mengolah dengan merebus dan meminum airnya, ternyata biarawati bisa melek sampai pagi. Akhirnya biarawati rutin meminumnya agar dapat berdoa sepanjang malam.

Selain legenda Kaldi dan si kambing, masih ada satu legenda juga yang cukup terkenal gimana asal muasalnya si kopi ini ditemukan.Tersebutlah Ali bin Omar al Sadhili seorang sufi yang taat beribadah  yang juga sebagai tabib. Karena keahlian menyembuhkannya ini, sang sufi dituduh berteman dengan setan dalam membantu kesembuhan-kesembuhan pasiennya, sehingga sang sufi di usir dari kotanya. Selama pelarian tersebut, sang sufi bersembunyi di goa. Sampai suatu saat, sang sufi kelaparan dan akhirnya memakan buah bery merah yang pahit, tetapi memberikan efek tenaga yang luar biasa. Untuk mengantisipasi rasa pahit pada buah itu, sang sufi mengolahnya menjadi minuman dan akhirnya minuman sang sufi terkenal seantero negeri. Kemudian, sang sufi dipanggil algi ke kotanya.

Entahlah, mana yang benar dari legenda itu tentang bagaimana kopi pertama kali ditemukan. Tapi, bisa dikatakan para ahli kopi bersepakat bahwa kopi pertama kali ditemukan di daerah Abyssinia, wilayah di daerah Ethiopia, Afrika.Kalau dilihat di peta, daerah Abyissinia ini dekat ke Yaman dan Sudan, berarti sedikit banyaknya budaya dan bahasa juga dipengaruhi oleh negara-negara Arab. Seperti kata kopi ini. Menurut etimologinyayang pernah dibicarakan oleh Ukers pada tahun 1909 dalam Symposium on The Etymology of The Word Coffee, kata kopi berasal dari kata "qahwa", atau bahasa Turkinya "kahveh" yang merujuk pada minuman yang diseduh dan memberikan efek yang kuat. Dari awal kata itu barulah muncul bahasa dari negara lain seperti bahasa Belanda “koffie”, bahasa Perancis “café”, bahasa Italia “caffè”, bahasa Inggris “coffee”, bahasa Cina “kia-fey”, bahasa Jepang “kehi”, bahasa melayu “kawa” dan bahasa Indonesia menjadi "kopi". 
Peta penyebaran kopi
 Ternyata pada abad-abad awal, kopi ini sudah menjadi minuman legendaris di negara jazirah arab dan menjadi komuditas penting dalam perdagangan di dunia Islam. Hal ini tertulis dalam catatan Al Razi (850-922) seorang ilmuwan muslim yang juga ahli kedokteran dan diperkuat oleh catatan Ibnu Sina ((980-1037) yang menyebutkan ciri-ciri sebuah biji yang mirip dengan kopi yang kita kenal. Kopi mulai sampai ke Eropa pada masa kekhalifahan Utsmani, dimana kopi menjadi sajian utama setiap perayaan. dan pada akhirnya pada tahun 1600, pedagang Venesia membawanya dan menyebarlah sampai negara-negara di Eropa, termasuk Belanda.

Sebelumnya, negara yang menguasai komoditas kopi ini adalah Arab. Karena negara-negara Arab mengetahui bahwa kopi menjadi komuditas yang banyak disukai negara-negara, maka negara-negara Arab berniat untuk memonopolinya dengan cara setiap biji kopi yang akan di ekspor ke negara-negara Eropa adalah biji-biji infertil atau biji-biji yang udah dimasak dan gak bakal bisa tumbuh lagi. Barulah pada tahun 1695 seorang peziarah dari India, Baba Budan berhasil membawa biji fertil keluar Arab dan menanamnya di India Selatan, dan berhasil..berhasil! Kopi dapat tumbuh dengan baik. Dari sanalah awal mulanya, si kopi bisa masuk ke Indonesia.

Kopi masuk ke Indonesia pada tahun 1696 dari India ke Jawa. Kopi yang masuk itu jenis kopi arabica yang memang memiliki kualitas super dengan rasa asam dan wanginya yag harum. Saat itu, kopi ditanam di daerah Kedawung, Cirebon. Tapi gagal, karena banjir. Ternyata Belanda gak mau nyerah, tiga tahun kemudian Belanda kembali membawa stek batang kopi untuk di tanam di Indonesia, kali ini mennyebar di daerah-daerah Jawa, dan hasilnya? Voila! berhasil. Bahkan hasilnya dapat menggeser hasil dari Yaman, yang pada waktu itu adalah negara ekspor terbesar. gvak cuma itu, ternyata kopi yang dihasilkan juga berkualitas baik. Tapi apakah yang dikenal nama Indonesia? tentu! tentu tidak, karena saat itu kita berada di bawah Belanda, maka meskipun kopi yang disekpor itu berasal dari tanah Indonesia, tapi yang  mendapat nama dan kekayaan adalah Belanda! Bayangkan aja, hasil kopi dari tanah Indonesia dapat menjadi negara pengekspor terbesar di dunia saat itu, tapi parahnya negara Indonesia tetap menjerit. Ironis!

Karena prestasi yang luar biasa itu, maka kopi yang ditanam di Jawa itu diperluas ke Sumatera, Sulawesi, Bali dan daerah timur lainnya. Tetapi, gak selamanya kita berada diatas, begitu juga dengan nasib tanaman kopi di Indonesia. Pada tahun 1878, terjadi kerusakan pada tanaman kopi, terutama kopi-kopi yang ditanam di dataran rendah. Tanaman kopi itu terserang penyakit Hemileia vastatrix (HV) atau karat daun yang menyebabkan si daun kopi mengalami kerusakan parah sehingga hasilnya jatuh merosot. Untuk mengatasi itu, Belanda kembali mendatangkan kopi jenis liberika yang tahan terhadap penyakit karat daun. tapi, ternyata nasibnya sama, pada akhirnya kopi liberika juga terserang karat daun dan habis. Dengan melakukan penelitian-penelitian, muncullah kopi robusta, kopi yang lebih tahan terhada penyakit karat dan dapat tumbuh di dataran rendah. Dan ternyata itu terbukti, bahwa sampai saat ini kopi robusta dapat bertahan.
Biji Kopi [Sumber gambar: Anggaraeni.com]

Sejak kopi masuk ke Indonesia dan tumbuh dengan baik pada tahun 1699, tanah Indonesia atas nama Belanda memegang predikat sebagai negara ekspor terbesar di dunia. Tetapi predikat itu bergeser pada tahun 1830 ke negara Brazil hingga saat ini. Yoi bro, menurut data yang dilansir oleh Worlddatlas.com atau data dari International Coffee Organization, Brazil masih memegang predikat sebagai negara terbesar dalam ekspor kopi hingga tahun 2015. Sedangkan negara India, negara dimana asal usulnya kopi bisa dibawa keluar dari arab dan ditanam hanya menempati posisi ke-6. Senasib dengan Indonesia, kopi yang awalnya adalah kopi arabika berubah menjadi  kopi robusta karena serangan penyakit karat daun itu. Dan 80% hasil kopi di India itu diekspor ke Eropa dan Rusia, karena penduduk India yang tidak terlalu candu pada kopi. Mereka lebih menikmati teh daripada kopi.

Sedangkan Ethiopia, sebagai negara asal kopi hanya menduduki posisi ke-5. Dan pada tahun 2015 produksi kopi Ethiopia menurun 384ribu ton biji kopi, padahal tahun sebelumnya produksi biji kopi mencapai 397.5ribu ton biji.

Dan Indonesia? berada di posisi ke-4! padahal semasa zaman saya kuliah sekitar 2009-2011 saat belajar tentang tanaman kopi ini, produksi kopi Indonesia masih menduduki posisi ke-3 setelah Brazil dan Vietnam. Tetapi pada tahun 2015, posisi ke-3 ini direbut oleh negara Kolumbia dan menggeser posisi Indonesia ke urutan ke-4. Wow! perlu dipertanyakan, why? kenapa toh? Kemungkinannya ada dua, yang pertama negara  Kolumbia terus meningkatkan produksi kopinya sehingga melejit dan mengalahkan Indonesia meskipun produksi kopi Indonesia juga meningkat atau produksi kopi Indonesia memang menurun yang bisa jadi dipengaruhi oleh alih fungsi lahan atau serangan penyakit. Saya belum mencari informasi ini lebih rinci. FYI, menurut GAEKI (Gabungan Eksportik Kopi Indonesia), kopi di Indonesia 83% jenis kopi robusta dan 17% jenis arabika.

Kopi. Punya deretan sejarah. Tidak hanya bagaimana kopi bisa sampai di negara Indonesia dan menjadi komoditas dan gaya hidup masyarakatnya, tetapi kopi juga menyimpan deretan sejarah antara aku dan kamu. Iya, kamu!

Selamat menikmati secangkir kopi, selamat membuat sejarah!

Pekanbaru, 18 Desember 2016
Ipehthepooh.






You Might Also Like

0 komentar: