Petualangan Genk DRagon Fly #1
14 September 2015
Ini jalannya. Ketika bertemu dengan orang-orang
baru dengan tujuan yang sama-mencari ilmu baru, liburan gratis dan menambah
uang saku. Masalah kerjaan dan target yang diminta? Itu penting..!! tapi bukan berarti
mengganggu liburan. Huehehe.. ^^v
16 September 2015
Yuhuu...!! saya bersama mereka terbang menuju
pulau Andalas, terdampar di pelosok nagari perbatasan yang cukup *mendekati
sangat* sepi jika dibandingkan dengan Jakarta, Bandung atau Bogor. Nagari perbatasan
Sumatera Barat dan Bengkulu, nagari paling selatan di kabupaten pesisir
selatannya Sumatera Barat. Butuh waktu 8 jam dari ibukota, dan 5 jam dari
kabupaten. See?? 5 jam dari kabupaten..!!! memang, nagari ini masih jauh lebih
baik dari nagari-nagari penempatan yang lainnya. Yoi, nagari ini dilalui oleh
jalan lintas provinsi, itu artinya jalan yang melewati nagari ini jauh lebih
baik, hampir 90% jalanan aspal dalam kondisi baik, meskipun jalanan berliku
penuh tanjakan dan turunan, dan penuh dengan sawit di sisi kiri dan kananmu.
Merasa terisolir jauh dari kabupaten dan ibukota, membuat saya dan mereka mulai
mencari cara bagaimana untuk bisa bermain ke kota yang penuh peradaban (baca:
mol dan orang banyak). Dan nagari ini di
kenal dengan KTM Lunang Silaut.
*Berkenalan dengan KTM Lunang Silaut*
KTM Lunang Silaut merupakan Kota Terpadu
Mandiri yang berada di kawasan transmigrasi kabupaten Pesisir Selatan-Sumatera
Barat, dimana hampir seluruh kawasannya di huni oleh para transmigran dari
berbagai daerah, terutama daerah Jawa. Makanya gak heran, kadang disini, di
tanah minang ini, saya sebagai anak suku minang mengalami roaming. Karena Jawa
ketemu Jawa, lahirlah Jawa. =.=a
Dulunnya, sebelum menjadi KTM, daerah ini
berada dalam lingkup satu kecamatan, kecamatan Lunang dengan beberapa Nagari.
Tapi, dengan berkembangnya zaman, membuat Kecamatan ini mekar menjadi dua
kecamatan, apalagi dengan semakin banyaknya para transmigran dan pendatang yang
rela membuka hutan untuk menyambung hidup. Nah, Lunang Silaut benar-benar
menjadi sorotan setelah terjadi gempa pada tahun 2007. Sejak saat itu, Lunang
Silaut menjadi KTM dan berkembang cukup pesat dan masih mendapat perhatian dari
pemerintah. Ya, begitulah kira-kira yang dirasakan oleh masyarakat.
Back to topic,
Bersyukurlah, saat pembekalan saya dan mereka
dituntut pada minggu pertama, kegiatan yang harus dilakukan adalah identifikasi
daerah dan pemetaan. Dan kita (red: saya dan mereka)? Memang anak baik. Kita
melakukan itu dengan sempurna, mengidentifikasi dan melakukan pemetaan tempat-tempat
wisata yang berpotensi. Huehehe..., yoi,
belum cukup seminggu di lokasi, rencana yang dibuat sudah penuh..!! dengan
kerjaan?? Bukaaaannn..!! tapi dengan “ main kemana wiken ini”. Wkwkwkwwkkkk.. .
yuhuuu..!! kerjaan itu memang penting, tanggungjawab terhadap apa yang wajib
dilakukan itu harus..!! tapi, bukan berarti mengkorbankan liburan. Hueehehehe..
*cari pembenaran*
19 September 2015
Hari ini adalah hari bingung se-Lunang Silaut.
Bagaimana tidak, kita bingung mau kemana. Lokasi dan apa yang harus dikerjakan
masih abu-abu. Tim dari Jakarta masih menemani sampai pagi ini, mendiskusikan
apa dan bagaimana seharusnya. Masalah yang lain, tentu saja motor..!!
yoyoii..!! jarak yang “lumayan” jauh tidak memungkinkan kita bergerak tanpa motor.
Naik angkot? Lupakan..!! mana ada angkot yang tersedia setidaknya 12 jam
sehari. Nehi..!! gak ada..!! jadi, selama kita gak ada motor, yuk leha-leha di
basecamp. Huehehe... =.=a
Mulai tanggal 17 kemarin, saya dan mereka
sudah mulai menjadi keluarga baru dengan ibu yang menjelma dalam kebersamaan
dan bapak yang menjelma dalam waktu. Yoi..!! karena saat itu, saya dan mereka
menyadari bahwa disini-kita tinggal berlima, dari pagi sampai pagi akan terus
berlima dalam misi dan visi yang sama, menyelesaikan program dengan baik dan
menjelajahi pesisir selatan dengan bahagia, nagari yang jauh dan masih cukup
asing. Jadi, yoshh..!! mari kita saling belajar..!!
*dibalik cerita penemuan dan dilema basecamp
untuk bulan pertama*
saat itu, saya dan mereka diantar oleh tim Jakarta dan tim dari dinas, langsung dibawa ke pusat KTM, dan tanpa berbasa-basi busuk, kita langsung di hantam sebuah tempat penginapan. Bagus memang, tapi belum ada kompromi yang membuat kita sedikit “cengok”. Iyes..!! kita langsung di todong dengan harga sekian, termasuk ini dan itu, padahal kita sudah punya ancang-ancang untuk menggunakan kekuatan silaturhami. Ah..! apa boleh buat, karena tim-tim ini sudah terbiasa dengan hal yang beginian, mungkin mereka tau yang terbaik buat kita. Jadilah, kami memiliki basecamp di pusat KTM. Namanya memang pusat KTM, tapi masih sepi dan belum berfungsi. Hanya ada bangunan-bangunan yang mulai menua.
saat itu, saya dan mereka diantar oleh tim Jakarta dan tim dari dinas, langsung dibawa ke pusat KTM, dan tanpa berbasa-basi busuk, kita langsung di hantam sebuah tempat penginapan. Bagus memang, tapi belum ada kompromi yang membuat kita sedikit “cengok”. Iyes..!! kita langsung di todong dengan harga sekian, termasuk ini dan itu, padahal kita sudah punya ancang-ancang untuk menggunakan kekuatan silaturhami. Ah..! apa boleh buat, karena tim-tim ini sudah terbiasa dengan hal yang beginian, mungkin mereka tau yang terbaik buat kita. Jadilah, kami memiliki basecamp di pusat KTM. Namanya memang pusat KTM, tapi masih sepi dan belum berfungsi. Hanya ada bangunan-bangunan yang mulai menua.
Masalahnya bukan hanya todongan harga, tapi
ketika kita tau bahwa ranah kerja kita berada dari ujung utara sampai ujung
selatan. Dan posisi basecamp kita lebih berat ke bagian selatan. Jadi?? Harus
menerima jika ke lokasi kerjaan memakan waktu 1 sampai 1.5 jam perjalanan. Hei
bung, 1 jam disini beda dengan di Jakarta. Jika di kota besar itu 1 habis hanya
dengan menunggu macet, maka disini 1 jam perjalananmu habis dengan
kebut-kebutan memacu motor mengikuti arah jalan yang berkelok-kelok seksi.
*cukup membuatmu sedikit masuk angin jika kegiatanmu pagi hari menuju lahan,
pulang malam dan hujan badai. =.=a*. Lagi-lagi, apa boleh buat, nasi sudah
menjadi buburm tinggal berikan ayam diatasnya, biar masih bisa dinikmati.
So..so..?? enjoy this journey..!! ^^
Ketika bingung kesana kemari tidak jelas, maka
ngopi satu-satunya cara untuk mengusir kebingungan. Dan saat itulah, datang
semobil dengan segerombolan manusia asing. Satu orang sudah kita kenal-bapak
Hale-hale, bintang dari dinas. Kemarin si Bapak yang menyambut kita di
kabupaten, dan yang lain? Mari kenalan. Jadi usut punya usut, apa yang sedang
terjadi di lokasi-lokasi KTM seIndonesia ini adalah program nasional hampir
dari seluruh dinas, terutama dinas tempat kita bernaung. Nah, om-om ganteng ini
juga berasal dari satu rumah tapi beda kamar. Yoi, satu tujuan tapi beda jalur,
dan kita udah punya porsi masing-masing. Dan voilaa..!! mulai saat itu, kita
bukan lagi berlima, tapi berubah menjadi bertujuh. Yosshh..!! Tujuh orang
manusia yang baru saling kenal di tempat asing dengan tujuan yang sama, tekanan
dan “penderitaan yang sama”, ini dan itu yang sama, pelan-pelan membentuk suatu
ikatan. Seperti jaring laba-laba, mungkin. ^^v
Ternyata, segerombolan manusia yang datang
saat itu tidak menghapus kebosanan. Akhirnya, ketika matahari mulai beranjak
keperaduannya, kita memutuskan untuk menjelajahi pusat KTM ini sampai ujung,
benar-benar ujung. Dan voilaaa...!! Tempat
pertama yang kita kunjungi adalah pantai Sambungo, yang terletak di ujung
kecamatan ini. Pada saat itu, jalanan menuju pantai masih batu koral kecil, gak
bisa ngebut. Kiri kanan masih dipenuhi dengan sawit. Pantainya masih sepi, tapi
bukan berarti masih perawan. Iya, di pantai udah ada ceceran-ceceran sampah.
=.=”
Pantai sambungo, pantai dengan pasir hitam.
Jadi jika mengharapkan laut biru pasir putih, pulang saja dari pada kecewa. ^^v
pantai sambungo |
Pantai ini memiliki jejeran pohon pinus di
sepanjang garis pantainya, dan ada taman-taman dari tanaman menjalar, semacam
tanaman eceng gondok gitu lah. Cukup kerenlah dijadikan background selfie-an.
Hehe... di garis pantai sebelah kanan sana, ada muara. Tempat pertemuan air
laut dan sungai, jadi air payau. Yang hobi mancing, silahkan mancing. Tapi,
jangan sendirian, konon katanya banyak buaya yang protes karena habitatnya
diganggu. Kalau lagi “beruntung” kita bisa bertemu buaya. Dan kalau menyusuri
garis pantai sebelah kiri, kita dapat menembus hingga Muko-Muko, Bengkulu.
*Pantai Sambungo, pada akhirnya menjadi tempat
favorit menghabiskan wiken kalau lagi banyak kerjaan, gak bisa kemana-mana.*
20 September 2015
Setelah pertemuan kemarin dengan segerombolan
om-om ganteng itu, malamnya kita langsung menyatu dalam satu “rumah”-kekuatan
Lunang Silaut. Hal itu memberikan dampak dalam kemudahan melakukan koordinasi
untuk mengidentikasi dan pemetaan tempat wisata di sekitar lokasi tempat kita
terdampar. Masalah data dan kerjaan gimana? Ya itu juga, bro, sis. Jangan
khawatir. Meskipun otak kita (red: saya) isinya main, tapi kerjaan tetap kita
laksanakan kok, tetap koordinasi dan memberikan laporan. Santai saja.
And then, where we are going? Iyes, Rumah
Gadang Mande Rubiah. Yuhuuu...!! ini adalah perjalanan pertama dari 7 manusia
yang pada akhirnya mendapatkan sebuah nama –Genk Dragon Fly-.
*sepenggal sejarah Rumah Gadang Mande Rubiah*
Rumah Gadang Mande Rubiah terletak di
kecamatan Lunang. Saat ini, Rumah Gadang Mande Rubiah adalah museum yang mendapat
perhatian dari pemerintah Sumatera barat karena menyimpan
peninggalan-peninggalan sejarah dan terdapat kompleks makam Bundo Kanduang.
Menurut sejarahnya *dari berbagai sumber yang dicari via gugel*, Lunang
merupakan daerah pengasingan Bundo Kanduang. Bundo Kanduang ini adalah raja
dari istana pagaruyuang-Kerajaan Sumatera Barat. Pengasingan dilakukan karena
ada “masalah kerajaan-yaa..seperti perebutan tahta gitu”. Nah, untuk pengamanan
istana dan masyarakat Istana Pagaruyuang, maka Bundo Kanduang dan seluruh “tim
istana”nya mengasingkan diri ke Nagari Nunang, atau sekarang lebih di kenal
dengan Lunang. Lunang sendiri dianggap memiliki penjaga dari orang Bunyian
(orang halus). Setiba di Lunang, Bundo Kanduang mendirikan rumah tradisional,
dan nama Bundo Kanduang diganti menjadi Mande Rubiah agar keberadaan Bundo
Kanduang tidak diketahui oleh “musuhnya” yang masih dendam terhadap isi istana
Pagaruyuang. Nah, sampai sekarang, rumah Gadang Mande Rubiah ini masih menjadi
pusat yang sakral bagi masyarakat Lunang dan wilayah sekitarnya hingga ke
MukoMuko, Bengkulu.
Setelah muter-muter di rumah gadang,
selanjutnya ngaso di kosan si om-om ini, menghabiskan sore untuk berkenalan. ^^
*masih jaim-jaiman, masih baru 2 hari kenal. Belum nemu yang aneh-anehnya*.
Huakakakakakakakkk...
*Tobecont*
0 komentar: