Manfaatkan waktu, kemon keliling Kediri..!!
Jam 3 sore. Waktunya untuk meninggalkan si rumah bungsu menuju Kediri. Kota dimana akan bertemu dengan seorang teman yang baik hati, yang siap menemani mengelilingi kediri dengan waktu yang super mepet. Karena bersikeras untuk menginjakkan kaki di Kediri.
Yyaakk..!! perjalanan ke Kediri menggunakan bus yang
istimewa, dimana supirnya memang sudah ahli dalam membawa bodi gede nyalip sana,
nyalip sini. Gak ngaruh siapa yang ada didalam bus atau gimana jalanannya. Yang
penting jalan terus..!! sekitar 2 jam perjalanan diiringi dengan cerita panjang
lebar [cerita lagi?]. korban kali ini si kijang tiga. Yoi, kijang tiga ikut
serta ke Kediri dengan alasan kerjaan dan segala yang berhubungan dengan
kerjaannya. Jadi saya tidak sendiri. Kita berpisah di terminal baru Kediri. Saya
menunggu seorang teman yang sudah siap menemani saya dalam menikmati malam di
Kediri, sedangkan si kijang dua melanjutkan perjalanan menuju kosan entah
siapa.
Sebelum ke Kediri, sampat membaca tempat wisata dan
nongkrong yang asik di Kediri. Salah satunya adalah simpang lima gumul. Penasaran
kenapa simpang lima gumul menjadi icon yang wajib di datangi ketika kamu ke
Kediri? Yoi..!! saya juga begitu. Jadilah, si teman dan si kijang tiga dan
kijang empat yang memang kerja di Kediri menjadi korban, harus menemani saya
menikmati simpang lima gumul. Hehe..!!
simpang lima gumul |
Jadi simpang lima gumul itu, batu di tengah-tengah simpang
lima. Mendengar dari sejarahnya, kata si teman yang asli Kediri, gak ada
sejarahnya. Mungkin lampu yang temaram, hamparan rumput yang oke buat nongkrong
menjadi daya tariknya. Yoi, itu menjadi tempat menarik kalau kamu hobi
nongkrong tidak jelas. Tapi menjadi tempat yang tidak jelas bagi kamu yang
tidak suka menghabiskan waktu dengan hanya ngobrol mengamati lalu lalang
jalanan. Hm, tapi sayang, disana gak ada yang jual kopi khas lapangan terbuka. Kopi
yang di seduh di gelas aqua. Huehehe..
Hampir satu jam ngobrol sana sini, akhirnya kita bosan dan
lapar. Jadilah kita mencari makan. Dan pilihan jatuh ke soto [makan soto untuk
hari kedua selama di Jawa Timur]. Perut kenyang, tapi bahan obrolan masih
mengalir deras, jadi kita adalah pengunjung yang paling lama menempati tempat
itu. Dari kosong, ramai dan menjadi kosong lagi. *kebiasaan lama yang gak
berubah*.
Jam 11 malam. Waktunya pulang ke rumah. Mungkin ini
perbedaannya. Jam 11 di Kediri sudah begitu malam jika dibandingkan dengan kota
bogor atau Jakarta. Bahkan tidak jarang jam 11 malam baru akan keluar mencari
makan. Ckckckckckkk...
Sesampainya di rumah si teman, di suguhkan kasur dan bantal,
siapa yang tak tergiur. Lalu? Selamat tidur..!! tapi itu hanya ucapan. Iya..!!
berbagi bantal dengan si kijang empat hany memperpanjang cerita yang entah
kenapa selalu ada. Ya begitulah kita lalui malam itu sampai jam 1 malam. Sampai
saya benar-benar sudah tak menyahut lagi ketika si kijang empat masih sedikit
berceloteh.
Jam 6 pagi hari berikutnya. Saya terbangun dengan mata yang
masih sayup. Masih ingin tidur. Tapi sungguh sayang sekali jika hari ini, hari terakhir
perjalanan hanya dihabiskan dengan tidur. Markiap..!! mari kita siap-siap..!!
jam 7 pagi, waktunya sarapan. Si ibu teman sudah menyiapkan sarapan dan
taraanngg..!! kita makan soto [lagi] di hari ketiga. Wakakakkkkk...!!
Setelah sarapan, markigo..!! mari kita go..!! mengelilingi
Kediri sesempatnya, karena waktu yang sangat terbatas. Yoi..!! jam 1 siang,
saya harus sudah sampai di stasiun Kediri untuk kembali ke kota hujan dengan
seabrek cerita. ^^v
Goa selomangleng |
Setelah simpang lima Gumul dan jalan Doho, yang katanya
malioboronya Kediri, tapi gak ada mirip-miripnya sama Malioboro. Si kereta kuda
dari besi membawa saya ke Goa Selomangleng. Goa yang aroma menyannya sangat
terasa. Katanya banyak yang nyari wangsit. Karena saya gak suka wangsit,
sukanya pangsit, jadi tidak begitu tertarik dengan berlama-lama di goa itu. Si teman
bercerita, kalau dahulu kala di Kediri ada si pencuri yang baik hati. Mungkin kayak
Zorro gitu. Mencuri harta orang kaya, kemudian di bagi-bagi ke orang miskin. Nah,
konon katanya si zorro yang bernama –saya lupa siapa- ini punya kesaktian yang
gak bisa mati. Kelemahannya biar si zorro ini benar-benar mati adalah
memisahkan bagian-bagian tubuhnya, sebagian di Timur, dan sebagian di Barat. Dan
kepalanya? Ada di goa Selomangleng ini. Ada di bukit atas goa. Niat hati sih
mau melihat kuburannya yang mungkin penuh dengan menyan dan sesajen. Tapi apa
daya, kuburannya terlalu jauh untuk di gapai. Perlu berjalan beberapa jam dari
si Goa. Akhirnya, kita memutuskan untuk belok arah.
klenteng -saya lupa namanya- |
Masih di kota Kediri, saya dibawa si teman untuk mengunjungi
Klenteng yang ada di Kediri. Melihat si Dewi Kwan Im berdiri dengan anggun. Penasaran
dengan siapa sebenarnya si Dewi Kwan Im ini, maka saya berlayar ke wikipedia. Ternyata
eh ternyata, menurut wikipedia ini, Dewi Kwan Im ini adalah sesosok dewa yang
sebelumnya berwujud pria. Dewa ini dewa yang Welas asih. Sangat penyayang dan
tulus. Identik dengan Buddha
Avalokitesvara yang artinya “mendengarkan suara penderitaan”. Nah, wujud dari
Dewi Kwan Im menjadi sesosok wanita yang anggun terlihat jelas pada dinasti
Yuan. Konon katanya, ini permintaan Dewi Kwan Im sendiri, untuk dapat melindungi
kaum hawa yang lembut dan penyayang.
Dewi Kwan Im bermandikan matahari |
Pantas
saja, di sekitar patung Dewi Kwan Im ini berdiri, ada gambar-gambar orang-orang
yang minta tolong. Tapi yang jadi pertanyaan adalah Dewi ini membawa tongkat
yang berkepala ular. Untuk apa kira-kira? Saya juga tidak tau. Belum menemukan
ceritanya di wikipedia. Hal yang menarik
itu ketika di Klenteng ini adalah melihat banyak lampion yang bergantungan. Entahlah,
saya begitu menyenangi lampion. Apalagi bercahaya di langit yang gelap. menjadi begitu
romantis..!!
Puas dengan Dewi Kwan Im, perjalanan dilanjutkan ke gereja
tertua di Jawa Timur. Beruntunglah kamu jika jalan-jalan lengkap
dengan guidenya. Apa aja dari setiap sudut kota akan di ceritakan. Begitu juga
dengan cerita gereja merah ini.
Gereja Merah, langitnya keren ya? *salah fokus* |
Gereja Merah ini memang berwarna merah, tapi
dahulu kala si Gereja ini berwarna putih. Nah, ketika ada pemugaran, si Gereja
sengaja di cat berwarna merah bata, katanya biar lebih hemat dalam
pemeliharaannya dan tidak cepat kotor [sumber: guide+Wikipedia]. Katanya lagi,
gereja ini dibangun oleh pastur yang didatangkan dari Belanda untuk menyebar
agama Kristen Protestan, Bapak Broers pada tahun 1901. Dan disana ada kitab
Injil terbitan tahun 1867. Sayang, kemarin Gerejanya di tutup. Jadi belum bisa
masuk menikmati arsitektur jaman dulu yang mengkolaborasikan gaya Jawa dan Eropa.
Jalan mengelilingi tempat-tempat itu, tidak sekali mata
melihat bundaran yang di kenal dengan taman Sekartadji. Si teman mengatakan
bahwa tempat itu lebih baik tidak di datangi. Pasti dong, secara reflek
bertanya “kenapa?”. Si teman menjawab, karena di sana banyak hal-hal yang tidak
baik. Lanjut bertanya “maksudnya apa?”. Ternyata eh ternyata, gak beda dari
tempat-tempat yang ada. Yuhuu...!! taman Sekartadji adalah taman seperti taman
yang biasa, yang seharusnya oke banget buat nongkrong atau hanya sekedar melepas
lelah dari rutinitas,menikmati angin dan bau alam. Tapi, ya begitulah. Emang dasar
manusia-manusia yang tidak tau diri, tempat yang nyaman begitu, di
alihfungsikan menjadi tempat yang “aneh-aneh”. Jadi, kalau main kesana di malam
hari, akan banyak hal-hal ajaib grasak grusuk yang gak sengaja kita temui. Daripada
saling terganggu, jadi sang teman menyarankan untuk urungkan saja niat itu. *Cuma
bisa garuk-garuk kepala*
Sebelum kaki benar-benar meninggalkan Kediri, setelah makan
bakso yang nikmat. Kita ke kondangan..!! gak kebayang, ke kondangan dengan
celana jins, kaos, dan tas ransel lumayan gede. Huahahah...jadi, daripada
merasa seperti alien di tengah lautan manusia-manusia manis, maka saya memilih
duduk manis di luar. Menemani ibu yang sedang jualan jus yang punya anak 3
sedang bersekolah. Dan paling tua kelas 2 SMA, tertarik nanya ini dan itu
tentang kuliah saya dimana dan ngapain.
Jam 1 siang. Sudah waktunya bergerak, memasuki kereta yang
akan membelah jalanan menuju Jakarta. Say good bye dagh dagh dengan si teman
baik hati yang sudah rela di repotkan oleh saya yang sedikit tidak tau malu. Numpang
tidur, numpang makan, plus di bekali oleh-oleh yang lumayan seabrek. Gimana saya
gak senang coba *eh*.
Jadi mikir lagi, punya banyak teman itu menyenangkan, dan
menjaga silaturahmi itu gak ada ruginya. Apalagi tersebar di segala penjuru daerah
di Indonesia bahkan dunia. Heii...!!! bisa jalan-jalan paket hemat nih. ^^v. Teringat
kata seorang teman, ada waktunya kita merepotkan orang lain. Tapi akan tiba
masanya juga, kita akan menjadi si tuan rumah. So? Enjoy this journey.. ^^
perjalanan panjang menikmati hijaunya sawah dan langit biru yang bermandikan cahaya kuning matahari, akan segera dimulai.
0 komentar: