Everyday is Holiday, Eps. Pendakian Setahun #1
Cerita ini sebagai penutup tahun 2015 yang menakjubkan dan
awal tahun 2016 yang luar biasa. Ini adalah cerita dari petualangan saya
bersama orang-orang yang memerdekakan diri terhadap rutinitas yang kadang
“membosankan”. Ini adalah petualangan yang terencana tak terduga. Dan ini
adalah petualangan paling lama, menembus waktu yang berbeda. Hehe.. berangkat
tahun 2015, pulang tahun 2016. Mulai dari bawah masih di tahun 2015, berada di
puncak sudah di tahun 2016. Yoyoii..!! Ini adalah cara saya menikmati
pergantian tahun yang dianggap spesial oleh hampir seluruh manusia, menjebakkan diri dalam "kesunyian" hutan belantara.
yuhuu..!! Everyday is Holiday..!! |
Bermula dari gagalnya rencana main ke cikuray untuk kesekian
kali dan disebuah “rumah komunikasi” seorang teman nyeletuk untuk main ski
pasir di guntur. Antara ada dan tiada, antara yakin atau tidak, semuanya masih
abu-abu. Dari 8 orang manusia dalam rumah itu, hanya dua orang yang seru
membicarakan rencana main ski di ketinggian. Dengan waktu yang cukup mepet,
persiapan? Bisa dikatakan, nothing..!! joging-joging kecil? No..!! menghitung
mundur rencana itu, ah..sudahlah, jika memang berjodoh dengan gunung itu, maka
kita akan cus, jika tidak ya tinggal muter-muter di kota dingin yang sudah
mulai padat merayap sejak liburan minggu lalu itu. so simpel kan? Oke, gak
ambil pusing dengan apa dan bagaimana rencana nanti. Yang jelas, kemon main ski, Huehehe...
Oke mantap, setelah koordinasi dengan si teman-sebut saja om
ugun dan acil, si teman yang bertemu sekali saat di gunung papandayan Agustus
lalu, maka kaki-kaki mungil saya dan sang adik melangkah dengan tidak yakin.
Wkwkwkwkk... he-eh, kondisinya om ugun yang masih kerja, dan acil yang sulit di
hubungi. Ketakutan macet sepanjang jalan, ternyata tidak terbukti.
Hari itu memang hari terakhir di tahun
2015, tapi yang kerja ya tetap kerja, dan mungkin polisi lalu lintas sudah
mengerti dan membaca situasinya, jadi mereka mulai mengantisipasi membludaknya
kendaraan menuju satu tempat. Syukurlah, perjalanan Bogor menuju pinggiran
Bandung-Cicalengka lancar jaya meskipun sempat tertahan 1.5 jam di kampung
rambutan menunggu penumpang. Tepat pukul 15.00, kaki mungil saya dan sang adik
menginjak Cicalengka. Menunggu teman yang akan datang menjemput.
Akhirnya siapa aja yang menikmati pergantian tahun dalam
hutan? Ada 8 manusia, tapi hanya 4 orang manusia yang berada dalam satu rumah
komunikasi, 4 orang lagi teman-teman dari kita. Sebut saja mereka Eko si
Tampan, teman yang ketemu saat bermain di Padang, Idris temannya Eko si Tampan,
Eri teman kecilnya om Ugun dan Acil *mereka itu cociiittt sekali dah, teman
dari kecil sampe sekarang udah jadi om-om*, dan Nadia temannya om Ugun. Mereka
semua Sundanis, Cuma saya dan ade yang beda pulau, jadi selamat datang di
lingkungan sunda *download aplikasi gugel translate , Sunda-Indonesia* =.=a
Tantangan pertama, bertemu dengan 2 manusia lagi, Eko si Tampan dan Idris. yoi, ini kucing-kucingan pertama. miskomunikasi, kurangnya konsentrasi berhasil membuat Eko si Tampan dan Idris salah tempat, salah jalan, salah arah. Alhasil, kita menghabiskan waktu dengan makan bakso menunggu mereka. *bakso pertama, menu mie yang kedua. yoi, mie pertama di makan saat perjalanan di bis Bogor-Bandung*
okreh, tepat pukul 17.00, kita semua siap berangkat menuju lokasi guntur yang gagah berdiri dengan menunggangi si kuda besi. hanya membutuhkan waktu satu jam sampai ke lokasi dari Cicalengka,yoi bro, mereka semua pembalap. so, tepat adzan Maghrib, kita udah sampe di kaki Guntur, cek persiapan bekal *4 botol air karena bisa isi ulang, katanya, indomie, kopi, dan coklat*. lanjut ke Masjid. dan disini terjadi kucing-kucingan episode kedua. yoi, motor yang saya tunggangi bersama Eko si Tampan (kucing 3) dan motor Ade dan Idris (kucing 2) kehilangan jejak leadernya, om Ugun dan Nadia (kucing 1), sedangkan sang sweaper acil dan eri (kucing 4) juga tetiba menghilang. lagi-lagi, kita muter-muter mencari jejak kucing satu dan kucing 4. syukurlah, bau kucing satu masih tertinggal, jadi tidak butuh pencarian yang terlalu lama.
selesai shalat, kita langsung cus, ke basecamp terakhir sebelum perjalanan menggunakan kaki di mulai. nah, disini, kita juga masih main kucing-kucingan. kucing 4 tancap gas duluan buat ngecek keadaan, disusul kucing yang lain. tapi, kucing 4 begitu semangat, setelah menurunkan penumpangnya, maka kucing 4 langsung tancap gas lagi, niatnya manggil kucing lain, padahal kita ada dibelakangnya. dan jadilah ini main kucing-kucingan episode 3.
yuhuuu..!! semua anggota? cek..!! perlengkapan? cek..!! *asumsinya masih bisa isi ulang air di camp 3*. izin? cek..!! so? kemon berangkat..!!
tepat pukul 19.30, langkah-langkah kecil mulai menapaki setiap kerikil-kerikil yang menyusun jalanan. ini jalur yang cukup landai. masih banyak jejak motor, jejak mobil di jalanan ini, jadi trek ini seharusnya masih bisa di tembus menggunakan kendaraan. tapi, entahlah apa kebijakannya, kendaraan pendaki hanya sampai batas warung yang dikenal dengan rumah pak RT. oia, gunung Guntur ini adalah gunung gundul, gunung pasir. iyess..!! gunung ini masih aktif untuk di tambang oleh masyarakat buat di ambil pasirnya.
satu setengah jam perjalanan, sekitar pukul 21.00, kita sampai di warung. *loh, di gunung ada warung? gitu deh cuy, gunung-gunung lagi tren, jadi buka lapangan kerja buat masyarakat sekitar. jualan..!!*. kita kembali menyusur jalan sekitar setengha jam, dan kita kembali ketemu warung. ini adalah warung terakhir yang kita temui, dan jalanan landai akan berakhir, dan ini adalah tempat terakhir untuk isi ulang air. cek botol air, masih ada 3 botol. jadi, si kawan dengan bijak mengatakan, nanti isi ulangnya setelah kita mendirikan tenda aja. menurut si kawan, lapak tenda udah gak jauh dari sumber air ini. okesiaaapp..!! kita mah anak bawang. jadi ngikut aja.
memasuki trek selanjutnya. jalanan masih berbatu bedanya ini terjal. maka, mainkan tanganmu untuk meraih apa yang bisa di raih agar kamu bisa mengangkat beban badanmu yang semakin malam semakin berat. huehehehe... meskipun terjal tapi trek ini menarik, karena butuh konsentrasi jadi lelah bisa diabaikan, dan voilaaa...!! kamu akan bisa dengan puas melihat kelap-kelip lampu kota Garut. susunan lampu-lampu itu dan di lihat di atas ketinggian, mengingatkan saya pada film India yang menjadi favorit teman-teman di Padang dulu. Rab Ne Bana Di Jodi. iyes, ketika semua lampu mati, dan bermunculan lah lampu-lampu yang menyusun kalimat "I Love You". huahahaha...*abaikan*. atur langkah, atur nafas, buka mata, dan lanjutkan perjalanan.
jeng..jeng...!! ini dia perjalanan sesungguhnya. kemiringan yang dahsyat, penuh dengan kerikil-kerikil yang membuat jalanan licin, dan lampu yang semakin redup. 8 manusia hanya di temani oleh 3 senter yang terang. selebihnya meraba-raba jalanan. maka, mata kucing sangat bermanfaat disini. wkwkwkwkkk... bener kata orang-orang, Guntur adalah Semeru versi kecil di Jawa Barat. ehm, bukan versi kecil, tapi hampir sama. jadi ingat dulu, pas bersilaturhami ke Semeru, merangkak cari pegangan. tapi syukurlah, pegangan di guntur lebih banyak, dan manusia yang melakukan pendakian semalam dan sepagi itu hanya 8 manusia kecil ini. manusia-manusia lain? sudah terlanjut buka tenda di lapak camp terakhir sebelum jalan terjal ini. atau sudah mulai menikmati segelas kopi hangat dalam tenda di puncak bayangan sana. iyes, karena cuma hanya secuil manusia yang melakukan perjalanan malam, dan gak mau ngecamp di camp terakhir. cerita punya cerita, kalau kita kepergok petugas, kita bisa di blacklist, soalnya gak taat peraturan. konon ceritanya, udah gak boleh ngecamp di puncak bayangan itu. karena jalur yang miring dahsyat, banyak korban berjatuhan karena membawa beban yang lumayan. ehm, persis kayak semeru deh.
tapi, kami hanya kurcaci-kurcaci mungil yang ingin menikmati malam di kesunyian. bukan dengan gelak tawa yang membahana sejagad raya, bukan dengan letusan kembang api yang membangunkan burung-burung yang sudah tertidur. yoi, kami hanya butuh kesunyian, menikmati gelap dengan cahayanya. dan begitulah, ketika pergantian tahun, sang kabut menemani kita. percikan kembang api hanya terdengar dari kejauhan.
butuh waktu yang lebih lama memang, dengan persiapan yang minimalis. setelah perjalanan berjam-jam, tepat pukul 02.30, kaki kita sampai di lapangan tepat sebelum puncak bayangan. setidaknya ini lebih manusiawi untuk mendirikan tenda. dan set..set..set..!! dalam sekejap tenda berdiri. apalagi yang kau tunggu selain ambil sleepingbagmu dan tidur. hehe..
ada hal menarik yang hampir saya lupakan untuk di tulis. iya, ketika perjalanan terasa jauh, malam terasa terik, kerongkongan kering karena kehabisan air itu rasanya "ah, terimakasih Tuhan, ini malam hari. jadi masih bisa berusaha berdamai dengan bibir yang mulai mengering". perjalanan malam, tidak terlalu menghabiskan cairan tubuh. jadi, dalam tubuh masih ada cadangan air. tenaga terkuras habis karena perjalanan dahsyat itu, jadi niat untuk mengambil air, hanyalah tinggal niat. mending menjaga ketahanan tubuh dengan istirahat, besok kita gunakan kekuatan silaturhami. dan selamat tidur.
*tobecont*
kok gak ada fotonya? iyaaa..!! mana sempat foto-foto malam hari dengan trek yang luar biasa ini.
0 komentar: