Kongkow Nulis

21.10 ipeh the pooh 2 Comments

"Energi positif itu menular. Berkumpul, berdiskusi dan bercengkrama dengan orang-orang yang memiliki energi positif berlebih akan membuat kita tertular energinya".

Sejak pulang kampung awal bulan April lalu, kegiatan saya berubah drastis. Dari yang bebas kesana sini, nongkrong-nongkrong yang serius sampe nongkrong gak jelas cuma buat ngobrol ngalor ngidul menghabiskan malam menjadi anak rumahan yang akses kemana-mana terbatas. Secara angkutan umum menjadi barang langka dan saya masih menjadi manusia jaman dulu yang gak bisa bawa motor. Hiks! Tinggal di Pekanbaru berarti kembali menjadi anak perempuan yang harus patuh pada peraturan rumah. Tidak boleh pulang malam, mau pergi kemana harus ngomong, pulang telat harus ngelapor, bangun harus pagi, jadwal nyuci baju yang rutin dan masih banyak peraturan lainnya. Dan ini berhasil membuat saya mengalami gejala kegalauan akut secara hidup di Bogor hampir 9 tahun tanpa ada aturan yang jelas tiba-tiba kembali menghadapi aturan ini dan itu. Ah, kota hujan bawa saya kembali ke pangkuannmu. wkwkwkwkkk....!

Kegiatan yang mulai monoton menyebabkan saya lebih sering berselancar di dunia maya. Mencari informasi dunia melalui segenggam alat canggih yang pada akhirnya mengantarkan saya pada sebuah IG kece badai ini, @kongkownulis.

Ngepoin IG ini, cukup membuat saya penasaran dengan komunitas ini. Banyak komunitas-komunitas yang saya temui berkegiatan jika ada event ini dan itu, misalnya banjir, asap, atau apalah yang semacamnya. Atau komunitas yang suka membuat event-event untuk berkompetisi ini dan itu atau apalah. Atau komunitas yang suka kumpul tapi sedikit edukasinya yang penting eksis, dan masih banyak komunitas lain yang kadang buat saya bertanya "apa sih nih?".

Dari nama Kongkow Nulis, saya mengambil kesimpulan bahwa komunitas ini adalah sekumpulan dari orang-orang yang suka membaca dan menulis. Karena membaca dan menulis itu satu kesatuan kan ya? Sebelumnya agak-agak mikir juga sih buat gabung ke komunitas ini. Karena bagi saya menulis itu adalah kegiatan untuk membuang bosan, menulis apa yang dipikirkan tanpa harus mikirin EYD, menjadi perekam jejak karena kepala saya memiliki keterbatasan untuk menyimpan memori, atau tempat sampah untuk "caci maki" tanpa bersuara. Jadi ngerasa beda aja sama penulis-penulis lainnya. Setau saya, biasanya komunitas menulis itu ada genre tertentu, apakah fokus di fiksi, puisi, atau karya-karya ilmiah lainnya. Sedangkan tulisan saya? lebih banyak ngelanturnya daripada benarnya. wkwkwkwkkkk...!

Tapi, setelah mikir-mikir, kalau gini terus mah ya gak bakal berkembang. Ya bakal gitu-gitu aja. padahal zaman terus berputar, perubahan itu pasti. Jadi perlu pengetahuan dan wawasan tentang dunia membaca dan kepenulisan. Meskipun gak minat buat dijadiin profesi, setidaknya gak bego-bego amat tentang dunia tulis menulis ini. huehehe. hitung-hitung menambah wawasan dan jaringan teman juga, siapa tau nemu jodoh *yah laper! eh, lemper, eh, maksudnya baper!* Jadilah di detik-detik terakhir bulan Juli lalu, saya mengirimkan biodata untuk ikut seleksi penerimaan anggota Kongkow Nulis.

Dan taraaannggg!! Alhamdulillah yah, sesuatu! Saya menjadi bagian dari komunitas ini. hehe.. jujur, saya sama sekali gak ada gambaran isi komunitas ini apa selain membaca dan menulis, dan berhubung saya juga suka baca dan nulis seenaknya, jadi ya gak masalah lah ya. Yang kepikiran sih mau minjam buku. *lagi fakir buat beli buku* hehe..

Setelah kumpul perdana di kegiatan Kongkow Ngobrolin Minggu lalu, saya mulai manggut-manggut, komunitas ini sepertinya beda. Gak cuma membaca dan menulis aja, tapi ada tambahan wawasan, sharing informasi dan pengalaman juga. Dan yang seru itu ketika berkomunikasi dalam grup whatsappnya. Belum kenal, tapi merasa udah kenal lama. Asal nimbrung aja, padahal ketemu juga belum. huahahaha!

Bagi saya yang baru gabung ke komunitas ini cuma bisa geleng-geleng kepala takjub. Ada ya ternyata sekelompok manusia yang begini *eh*. Kumpulan orang-orang yang memiliki energi positif berlebih dan membuangnya ke kegiatan-kegiatan yang positif juga dan bisa menghasilkan sebuah karya. Keren gak tuh?
Iya! Di sini itu kumpulan penulis-penulis yang ngakunya amatiran, tapi udah punya tulisan seabrek dan udah ada yang meluncurkan buku. Dan yang menjadi luar biasa itu karena disini itu gak ada tuntutan untuk mengubah gaya tulisan harus begini dan begitu. Semua anggotanya punya gaya dan karakter masing-masing.

Pada akhirnya, saya jadi mikir, siapa sih yang punya ide buat komunitas kayak gini? maksudnya apa? Gak ada kerjaan apa ya kok mau buat komunitas menulis yang gak jelas gini arahnya kemana? trus kok bisa kece gini?

Setelah ngulik-ngulik dikit, ternyata sejarah singkat komunitas ini dibentuk, ya emang tujuannya begitu. Komunitas yang dapat menjadi wadah berkumpulnya orang-orang yang hobi baca dan nulis karena memang kesenangannya. Jadi emang gak ada paksaan dan gak ada aturan harus nulis gaya ini atau gaya itu.  Fokus pada "strength"nya aja kata si abang foundernya. Toh  karena memang setiap manusia itu sama, tapi memiliki ciri yang berbeda. Sama halnya dengan menulis. Banyak orang yang suka menulis, tapi dengan cara dan karakter yang berbeda. Jadi kenapa harus disamaratakan dengan satu gaya? saya setuju dengan alasannya bang, *tos

Gak dipungkiri. meskipun zaman udah canggih tapi membaca dan menulis masih menjadi dunia yang rada-rada aneh di dunia anak muda. Membaca masih identik dengan kutu buku yang pake kaca mata tebal mainnya cuma di perpustakaan yang gak punya teman. Sedangkan menulis masih identik dengan anak muda yang galau penyendiri yang punya banyak masalah. Meskipun udah banyak bukti bahwa banyak anak muda sekarang yang bisa menghasilkan karya dari membaca dan menulis, tapi tetep aja kesan pertama buat gagal move on. Makanya para foundernya, sebut saja bang Ebi dan kak Melati membuat Kongkow Nulis. Salah satu alasannya ya itu tadi, biar anak muda sekarang move on dan melihat dunia membaca dan menulis itu adalah dunia yang sangat menyenangkan. Harapannya juga bisa menghasilkan karya. Keren ya? hehe!
Saya jadi ingat di salah satu novel Fahd Djibran yang judulnya Curhat Setan *kalau gak salah ingat* ada kalimat yang keren tentang alasannya menulis. Katanya "Saya menulis agar kelak cucu saya mengenal siapa kakeknya. Karena faktanya banyak orang yang mengenal Einstein tapi tidak mengenal siapa kakeknya. Sederhana sih. Karena Einstein menulis [Redaksinya udah pake bahasa saya]". Dan menurut saya, di komunitas ini menjadi cara agar kita bisa terus belajar menulis yang mudah-mudahan membuat kita dikenal setidaknya oleh anak cucu kita nanti. Kok bisa gitu? iya! Komunitas ini menganjurkan anggotanya untuk menulis tiap minggu. Nah bagi yang menulisnya [saya:red] masih tergantung suasana hati bisa belajar untuk disiplin. Mudah-mudahan tulisannya menjadi lebih baik dan bisa menginspirasi. huehehe!

Satu hal lagi yang menarik dari komunitas ini, tentang keseriusan kali ya. Iya, komunitas ini serius dalam pengembangannya. Untuk penerimaan anggota barunya aja gak main-main, ada seleksinya. saya pikir wawancara itu cuma sekedar formalitas aja, tapi ternyata bener di seleksi. muihihi. Alasannya sederhana, komunitas ini gak mau cuma hanya jadi komunitas, tapi sebuah gerakan yang punya visi dan misi juga. Seperti yang kita tau, gimana mau buat gerakan kalau sistem didalam sebuah organisasi itu masih acak berantakan. Makanya, komunitas ini diisi oleh orang-orang yang mempunyai visi dan misi yang sama terutama di dunia baca dan nulis dan pengembangannya. Kece gak tuh?

Saya bersyukur bisa menjadi bagian dari komunitas ini. Berharap menjadi tempat belajar untuk mendisiplinkan diri dalam membaca dan menulis, dan tentu aja ingin menjadi bagian dari gerakan tersebut. Karena tanpa membaca dan menulis kita bukan siapa-siapa.

poto perdana nih sama komunitas Kongkow Nulis,
 Warkop Rimbang Baling210816
Mengutip kalimat kakek Pramoedya Ananta Toer "Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian".

Selamat menulis!

Pekanbaru,
23 Agustus 2016

You Might Also Like

2 komentar:

  1. Kamal pertama kali gabung juga ngerasain hal yang sama kak. Duuuh baca ini kok hati terasa hangat ya. Meski stuktur tulisannya masih kurang (maaf jujur) tapi feel-nya nyampe nih. Ayo kita belajar sama sama, Kak. Maju sama sama. Merdeka!

    BalasHapus
    Balasan
    1. hehe..makasih udah jujur, siap...! nanti ajarin ya tentang bahasa dan strukturnya. hehe

      Hapus