Agustusan di Pantai

14.25 ipeh the pooh 2 Comments

16 Agustus 2015

Setelah tepar semaleman kerena perjalanan panjang kemarin menuju taman top markotop, akhirnya pagi ini satu per satu mata mulai terjaga. Sempat khawatir juga sih, apakah perjalanan ini akan berakhir disini lalu kembali ke Jakarta atau akan ada cerita lanjutannya. yuhuuu!!. setelah makan semangkok bubur kacang hijau yang dibuatin oleh emaknya si teman yang punya lapak, energi kembali berhimpun untuk melanjutkan perjalanan, ke pantai!! yeye..lala..yeye..lala.. *joget a la anak-anak abege yang sering mucul di TV*

Dari beberapa list pantai yang ada di kota Garut dan setelah melakukan berbagai pertimbangan, akhirnya kami memilih pantai Karang Paranje di daerah Cibalong, 8 km dari Pamengpeuk ke arah Sancang atau sejauh 98.2 km dari kota Garut. ya..kira-kira 4 jam perjalanan naik kendaraan umum. Jauh ya? begitulah, ada harga untuk suatu keindahan. wkwkwkwkkk..

Setelah mandi cantik dan energi terisi full, kita memulai perjalanan tepat jam 8 pagi. yosh! angkat  ransel langkahkan kaki.

Dari Garut, kita naik elf menuju Pamengpeuk, kemudian lanjut ke daerah sancang menuju Karang Paranje. Dan bersyukurlah kalau jalan-jalan itu rombongan, jadi bapak supir akan bersedia mengantarkanmu sampai ke tujuan. Tapi, kita kena palak 50ribu. wkwkwkwkkk... entah dengan alasan apa, secara si Bapak ngomong pake bahasa sunda, sedangkan si kawan yang orang Garut sedang terlelap, dan saya cuma bisa angguk geleng-geleng, akhirnya 50ribu melayang ke kantong si Bapak. ah, Pak, semoga memang rejekimu Pak.

Gondok karena kena palak,  terbayar sudah ketika melihat deburan ombak yang memanggil-manggil minta diceburin segera. Tapi itu tidak mungkin. Tidaaaakkk..!! ini masih jam 1-an siang komandan. Matahari sedang bahagia-bahagianya berada pas di atas kepala. Jadi, lebih baik nge-mie ayam dulu di warung sambil menikmati belaian angin laut yang menyuruh kita untuk segera tertidur. haha..

Puas ngisi perut, kami beli cemilan dan air untuk persiapan di pantai. yoi bro, malam ini kami kemping di pantai. dan pantai ini hanya milik kami, cuma milik 6 orang bocah!. karena gak ada tanda-tanda orang yang mau kemping di pantai. sebenarnya, di jejeran sana ada beberapa tempat penginapan, tapi penginapan di pantai dengan sejuta bintang lebih menggiyurkan. hehe.. yuk cus, main air.
Berdiri tegap di karang
 Karang Paranje. Pantai yang masih jarang dikunjungi oleh para wisatawan. belum tersentuh bangunan, hanya ada rumah-rumah warga yang menyediakan warung dan penginapan. Pantai yang bisa melihat sunrise dan sunset secara jelas.

Karang Paranje memiliki cerita yang unik. Konon, pantai ini adalah tempat persembunyian Putri Cantik yang hobi mengadu ayam. Raja membuat sayembara untuk menjadi pendamping Putri, dan dimenangkan oleh ksatria yang buruk rupa. Putri kabur ke pantai karang ini. Suatu pagi, ketika semua pengawal mencari Putri terdengarlah suara kokokan ayam, dan akhirnya Putri ditemukan. Sejak dari itu, pantai ini dikenal dengan Karang Paranje, yang artinya pantai karang yang ada kandang ayam. Kandang ayam dalam bahasa sunda dikenal dengan Paranje.

Membuat secangkir kopi di pantai itu merupakan suatu perjuangan. Angin kencang yang bertiup mengajak api untuk menari bersama sehingga si api lupa akan tugasnya untuk memasak air. Deburan ombak yang menjadi backsound dari konser sore saat itu menjadi lebih perfect ketika matahari berjalan menuju singgsananya. Awan seolah-olah tidak mau membiarkan segerombolan anak manusia ini menikmati mataharinya sendiri, lalu ia menutupinya. Mendung!

Waktu berlalu, bintang mulai muncul satu-satu di kejauhan. ayooo...buat tenda! ehm, pantai Karang Paranje ini penuh dengan karang di sepanjang pantai. Niat awal yang ingin mendirikan tenda di belakang karang pupus sudah. Air laut seakan tidak mau kami menikmati hangatnya pelukan karang. iyes, air laut mulai naik ke permukaan pantai. Memukul mundur segerombolan anak manusia itu. wkwkwkwkwkk!

Memasang tenda di tepi pantai itu juga suatu perjuangan. Hal paling dasar yang perlu diperhatikan adalah pohon!. iyak, butuh pohon atau apa saja yang dapat menghambat terjangan angin ketika ingin mendirikan tenda agar tenda gak roboh sebelum berdiri. Sayangnya, di pantai karang paranje ini miskin pohon, yang ada cuma segerombolan pandan duri yang biasanya digunakan untuk anyaman. Begitulah, pantai ini seperti gurun pasir. Angin bertiup semakin kencang, gelap mulai menyelimuti, tenda belum berdiri, lapar mulai merajai perut. apalagi, tenda yang aneh bin ajaib. secara itu tenda pinjaman yang belum pernah disentuh dan dilihat, menambah daya perjuangan agar bisa lebih sabar untuk memasang tenda agar berdiri dengan benar dan kokoh. cek cok mulai terjadi dalam pemasangan tenda. Beberapa orang mundur memilih untuk memasak. wkwkwkwkkwkkk!

Setelah terjadi perdebatan sengit di kubu pendirian tenda, akhirnya berdiri juga. *berikan applause buat yang masang tenda*. haha! dan vioilaaa! makan malam pun selesai. selamat menikmati makan malam dibawah langit mendung. Bintang masih enggan keluar menampaki diri lebih jelas.

Malam yang panjang kami habisi dengan berbagi cerita.  Dan cerita yang paling menarik gak ada lagi selain soal cinta. huahaha! Ah, cinta memang begitu. Cinta bisa membuat kami abai bahwa malam ini sudah sangat larut. Dan dua tenda yang berdiri dengan susah payah, diabaikan. Iya! ternyata awan mendung pergi. Bintang gemintang mulai memenuhi langit. Kami memilih tidur di hotel sejuta bintang beralaskan matras, berselimutkan angin. Star geezing! dan duar..duar..duar....!!!! bunyi bom bertubi-tubi memecah keributan kami yang sumringah menghitung bintang jatuh. kami diam tak berkutik. kami hanya memikirkan orang tersayang di rumah. dan apa yang akan terjadi. doorr...doorrr...doooorrrr...!! tembakan senjata api semakin dekat. kami hanya bisa berpegang tangan saling menguatkan, bahwa kami akan baik-baik saja. apakah ini pemberontakan? Mengingat malam ini adalah malam 17 Agustus. Kami sibuk dengan pikiran masing-masing. Diam. Doorrr...doorr...doorr..! tembakan itu terasa dibalik daun pandan itu. apakah kami? dan tidak ada yang tau apa yang terjadi malam itu. Kami tertidur, suara tembakan berhenti.

17 Agustus 2015

Fajar di hari kemerdekaan menyapa. Ternyata keadaan lingkungan sekitar tenda masih aman. lalu? kejadian apa tadi malam? apakah kami hanya berhalusinasi? atau teguran karena kami yang lupa akan sikap yang terlalu tidak sopan, tengah malam masih berhaha hihi. Masih misteri.

Suara ombak adalah musik paling merdu saat itu. Lambaian kain merah putih di tiang tertinggi seolah mengatakan "MERDEKA!. Segera temukan arti kemerdekaan sesungguhnya!".

Saya tercenung. Merdeka? apakah merdeka hanya seremonial basa basi? mengibarkan bendera di tempat tertinggi, di tempat-tempat indah dan hanya khidmat di hari itu. Selanjutnya lupa. Merdeka? apa itu?

Dengan pasti, matahari benar-benar menyibak gelap. Memberikan harapan bahwa ini hari baru. Kami semua terbangun, dan baik-baik saja. Setelah ditelusuri, tembakan-tembakan tadi malam adalah latihan para tentara di desa sebelah. seketika, kami tertawa terbahak-bahak dengan pikiran lebay bahwa malam itu adalah malam pemberontakan. Wkwkwkwkkk!

Pernah melihat anak kecil yang selalu tertawa riang? Iya, karena bagi mereka bahagia itu sederhana. Sesederhana kejar-kejaran di pantai atau main lempar pasir, atau berteriak sekencang-kencangnya menantang angin. kami ingin bahagia. jadi kami kembali menjadi anak kecil itu. berlarian, lempar pasir dan berteriak. tidak peduli dengan mata-mata yang melihat agak aneh dengan segerombolan anak manusia dewasa berlaku seperti anak-anak. huehehe!

17 Agustus tahun 45
itulah hari kemerdekaan kita!
Matahari semakin gagah di langit. Suara habis karena kalah melawan angin dan ombak. Baju kotor karena pasir. Besok harus kembali bekerja. Mari packing!. Kami harus melanjutkan perjalanan untuk kembali ke Ibukota.
biru laut dan langit, putih bersih buih ombak
Tidak banyak yang kami lakukan sesampai di Garut, rumah seorang teman selain mandi dan merepacking barang bawaan. malam ini kami harus pulang ke jakarta. Jam 7 malam, dengan diantar orangtua si kawan, kami sampai di terminal Guntur. dan cuuusss..! bis membawa kami ke alam mimpi. Dan tiba-tiba sudah sampai di Jakarta. Di Jakarta, kami berpisah, karena besok kami memiliki kegiatan masing-masing di tempat yang berbeda. Saya? kembali ke Bogor.

Selalu ada cerita dan cinta di setiap perjalanan.

"Everyday is Holiday" adalah mantra yang membentuk suatu ikatan bersama teman-teman baru.

*Ceritanya selesai.

Bogor,
10 September 2015

You Might Also Like

2 komentar: