Penulis Wanna Be!

19.52 ipeh the pooh 0 Comments

Suatu hari di tahun 2020, di salah satu tempat kopi ternama di Jakarta,

Bagaimana anda bisa menulis buku yang begitu keren ini?
Ya, memulai untuk menulis. Buku itu tidak akan selesai jika saya tidak pernah memulainya. Ketika sudah memulai menulis, maka langkah selanjutnya, selesaikan. Saya ingat nasihat kakek, ya meskipun saya gak pernah ketemu  kakek, cuma ibu selalu bilang bahwa kakek selalu mengatakan jika kamu melangkah dengan kaki kanan, maka ikuti dengan kaki kiri. pelan tapi pasti, kamu akan sampai pada tujuan kamu melangkah. Jadi, menurut saya memang gak ada cara lain selain dua kata itu. Mulai dan selesaikan.

Sejak kapan anda menulis?
Saya menulis sejak kelas satu SD. Dulu, zaman saya SD untuk dapat naik kelas dua harus bisa membaca dan menulis. Jadi, sejak dari kelas satu SD itu saya sudah menulis. Alhamdulillah sampai sekarang. Saya yakin, bahwa teman-teman yang membaca tulisan saya, juga masih menulis sampai sekarang. paling tidak menulis laporan tugas kuliah atau kerjaan. Yang jelas, kita semua penulis. Toh, ternyata penulis itu adalah orang yang menulis. Jadi selama kita masih menulis sebait kalimat, maka kita adalah penulis.

Sejak SD saya sangat suka membaca dan menulis di depan kelas. Keren aja kalau  kita bisa lebih unggul dari teman-teman lain. Terus, hobi menulis berlanjut. Sebenernya saya itu korban sinetron juga. Dulu, sinetron yang saya tonton ada seorang anak perempuan yang sering menulis di buku diary tentang apa saja. dan menurut saya itu keren. Akhirnya saya mengikuti jejak si anak itu. Menulis diary a la anak remaja yang labil. Hobi menulis diary itu saya lakukan sampai SMA, menginjak kuliah mulai nulis di blog, tipe isinya masih sama, tentang apa saja yang saya alami. Agak-agak lebay sih kalau dibaca sekarang. Ternyata zaman dulu saya juga pernah labil parah seperti itu. hehe!

Wah, benar juga ya. selama kita menulis, maka kita adalah penulis. Alasan apa yang membuat anda bertahan menulis sampai sekarang? Bahkan saat ini anda sudah menghasilkan buku. 
Untuk menjadi bagian sejarah yang tidak terlupakan. Menurut saya, dengan tulisan maka sejarah akan abadi. Kamu tau Einstein? Newton? atau Soekarno? Yak! kita bisa tau kehidupan kecil mereka sampai dewasa, kita bisa tau apa saja yang mereka lakukan selama mereka hidup, karena apa? Tulisan. Jadi, meskipun mereka sudah tidak ada, tapi mereka akan tetap abadi. Bahkan bisa jadi sampai puluhan tahun nanti. Ehm, apakah kamu mengenal kehidupan kakekmu dengan benar? Jarang! bisa jadi kita tau sejarah kakek kita, tapi tidak kekal. Paling mentok sampai generasi cucunya sejarah kakek kita terkenal. Dan nanti, di generasi anak-anak kita, cerita hebat kakek kita akan hilang karena lupa. Manusia itu makhluk pelupa. Jadi, jika tidak menulis, maka kejadian yang sudah terjadi akan hilang. Hanya akan menjadi sejarah yang dilupakan. Dan saya ingin menjadi bagian sejarah yang abadi itu. Alhasil, saya bertahan menulis. Dan alhamdulillah menghasilkan buku ini di tahun 2018. Ehehe!

Buku ini cukup unik. Sains tapi bahasanya sangat mudah dimengerti. Darimana ide anda untuk menulis buku  ini, buku tentang Biologi Tanaman?
Dari anak-anak. Tahun 2009, saya mulai berkecimpung dalam dunia belajar mengajar tingkat SD sampai SMP. Dari sana sebenernya saya yang banyak belajar. ternyata anak-anak di semua zaman masih sama, masih penuh rasa ingin tahu. Jadi, ketika belajar biologi banyak pertanyaan-pertanyaan sederhana mereka yang di luar dugaan yang kadang membuat saya harus memutar otak, menyusun kalimat untuk menyederhanakan penjelasan dari pertanyaan itu. 

Contoh pertanyaan sederhananya seperti bagaimana lumut bisa berkembang biak? atau mengapa daun warna merah? apakah daun merah juga bisa fotosintesis?. Nah, sejak itu saya mengumpulkan pertanyaan-pertanyaan unik yang saya temui, lalu menuliskan penjelasannya dengan bahasa sederhana yang bisa di mengerti anak-anak. Saya ingin membantu mamah-mamah muda untuk membantu mereka menjawab pertanyaan-pertanyaan gokil dari anak-anak. Awalnya saya hanya menuliskannya di blog, setelah mikir lagi dan berteman dengan teman-teman yang luar biasa, akhirnya dengan perjalanan panjang melawan rasa malas dan minder, maka saya bisa menyelesaikan buku ini. hehe

Ada rasa malas dan minder juga ya ternyata. Bagaimana anda bisa menghadapinya? 
Hm, malas itu gak ada obatnya sih. Jadi, pasti selalu ada, ada dan ada lagi. Banyak alasan yang bisa kita buat demi si malas itu. Tapi, balik lagi sih, mau malas terus apa mau gimana? Jadi yang bisa ngelawan malas ya diri sendiri.  Gak bisa dibantu orang lain.

Kalau menghadapi rasa minder, bertemanlah pada teman-teman yang membantu membangun mimpi. Mereka akan mengkritik tapi tidak menjatuhkan dan yang pasti mereka akan mendorong dan memberi semangat kepada kita untuk terus belajar dan berusaha mewujudkan mimpi-mimpi kita. lambat laun, minder akan pergi dengan sendirinya asalkan gak pernah berhenti menulis dan mencoba. Namanya juga belajar. Salah dan kritik mah wajar. Yang gak wajar itu minder sebelum mencoba.

Selama menulis, pasti anda mengalami kebuntuan ide. Apa yang anda lakukan saat itu?
Mengalami kebuntuan ide? Sering banget. Haha! kadang itu tuh yang buat kita malas lanjut nulis. Tapi, kalau saya mengalami stuck dalam menulis, ya berhenti. mau dipaksa juga gak bisa. Tutup laptop, terus tidur. hehe! Habis itu baca ulang lagi. Masih buntu? tutup lagi, main game dulu, nonton film, atau baca buku. kalau gak mempan juga berarti saya butuh jalan-jalan. haha! jadi, ya jalan-jalan ketemu orang baru, atau sekedar nongkrong di warung kopi  juga bisa. Bagi saya, kebuntuan ide itu berarti saya membutuhkan waktu untuk kembali berdiskusi dengan hati. Mengingat lagi ini saya sedang ngapain sih. Biasanya, kalau udah nemu jawabannya, bakal lancar lagi nulisnya. 

Apa makna menulis dan menjadi penulis bagi anda?
Hm, apa ya? Menulis ya menulis. menulis apa saja yang ingin ditulis. Bisa fiksi atau non fiksi. Terserah. Yang penting menulis. Bagi saya, satu buku bermula dari satu bab, satu bab bermula dari satu paragraf, satu paragraf bermula dari satu kalimat, dan satu kalimat bermula dari satu kata. Sederhanakan? hanya mulai dari satu kata!

Bagi saya menulis itu adalah dunia tanpa batas, tapi sayangnya sering dibatasi. Begitulah, dengan adanya batasan itulah banyak yang gagal menjadi penulis. Bisa jadi dulu saya termasuk dalam barisan itu, ingin menjadi penulis, tapi membatasi dunia tulis menulis itu. Maksudnya, saya sendiri yang membangun tembok sehingga menjadi penulis seperti hanya sebuah mimpi. 

Begini, ketika mendengar penulis maka bayangan sebagian dari kita adalah seseorang yang sudah banyak memiliki karya, baik buku, puisi, novel, atau setidaknya mereka yang telah memiliki jejak tulisan di media ternama di penjuru negeri. Jadi, kita membatasi diri bahwa kita yang menulis di blog atau buku diary gak layak mendapat titel penulis. Padahal kan kita masih menulis. Maka seharusnya kita adalah penulis. hanya saja tulisan kita tidak dibaca oleh orang banyak. Saya bersyukur bertemu teman-teman hebat, sehingga saya bisa meruntuhkan tembok pembatas itu. Sejak dari itu, cara pandang saya tentang menulis dan penulis menjadi sesederhana itu. Ambil pena dan kertasmu, lalu tulis apa saja yang ingin kita tulis dan kita temui. Maka kita akan menjadi penulis. 

Menurut saya, itu adalah langkah awal menjadi penulis yang bermanfaat untuk semesta. Tidak hanya menjejak sejarah diri sendiri, tapi bisa menjadi bagian sejarah dunia. Intinya, mulailah menulis, biasakan, kemudian belajar disiplin dalam menulis, selanjutnya temukan jati diri dan kembalikan pada niat awal. Iya, niat pertama menulis itu apa? Saya sendiri menulis itu ya menjelajahi dunia imajinasi dan dunia nyata sekaligus dan untuk memberikan manfaat untuk semesta. Masalah dapat uang atau tidak? itu hanya bonus. Hehe! Saya masih percaya bahwa ketika kita memberikan yang terbaik maka kita akan mendapatkan yang terbaik. So? berikan saja dulu yang terbaik. Apa yang kita peroleh nanti, sudah ada yang mengatur. Jadi tidak perlu khawatir. Kejar pencapain niatnya, bukan bonusnya.
Apa rencana anda selanjutnya? 
Tetap menulis, tetap berkarya dan tetap menjadi baik.

***
Kemudian saya terbangun. ternyata masih mimpi.

Penulis Wanna Be? Siapa takut. Bisa jadi semesta sedang mengumpulkan kekuatan untuk mewujudkan percakapan ini menjadi nyata. Huhehe..!!
Dimana saja kita bisa menjadi penulis!
Selamat malam, selamat menyongsong tahun baru!
Salam revolusi!

Pekanbaru,
30 Desember 2016

You Might Also Like

0 komentar: