Perjalanan Cinta Tesis (eps.3)

20.45 ipeh the pooh 0 Comments


Tulisan lama yang sembunyi di draft tulisan. Baru diposting sampai episode tiga. Berhubung lagi gak ada ide buat nulis apa, jadi lanjutkan saja nulis cerita ini. hehe! Monggo dibaca dulu yang eps.2 disini.
 
Kertas putih!
Okesip! Data selesai diolah. Hasil keluar. Sesuai dugaan. Tidak ada yang berbeda nyata dengan data-data dan perlakuan ini. Maka yang terjadi adalah, fuyeng ini masih terus berlanjut. Terpaku dan termangu menatap angka-angka itu. Apa dan bagaimana saya harus menuliskannya. Apakah saya harus menulis “ perlakuan a, b dan c menunjukkan tidak adanya perbedaan yang nyata terhadap pertumbuhan dan produksi si cabai karena si cabai memang dapat hidup hampir di semua ketinggian, dan ketika itu bogor dilanda hujan sehingga ketersediaan air tercukupi dan tingkat ketutupan awan yang tinggi sehingga si tanaman tidak kegerahan, jadi gak perlu pake selimut”. tetapi itu tidak mungkin saya lakukan, karena saya masih waras dan tentu saja itu sangat tidak ilmiah. Ada jawaban dibalik pertanyaan kenapa. Maka yang perlu saya lakukan adalah mencari kenapa ada pertanyaan “kenapa”. *eh*.

Yoyoi! Langkah selanjutnya yang perlu dilakukan adalah mencari referensi dan pustaka. Dan kamu tau apa yang terjadi? Apakah saya menemukan titik terangnya? Kamu benar! Saya semakin menemukan titik kepuyengan atas penelitian yang saya lakukan. Mengapa dan kok bisa? Wkakakakkkk! Apalagi dengan referensi yang ada berbahasa planet, butuh waktu yang panjang untuk memahami apa sebenarnya yang dibicarakan dan ini berkolaborasi dengan dua mata kuliah ajaib yang secara sengaja saya ambil. Lengkap sudah. Apa coba? Binggo! Apalagi selain menyisihkan dan melupakan sebentar apa dan siapa itu si tugas akhir.

Dan yang terjadi adalah kertas putih selama 6 bulan sejak penelitian kelar, masih tetap menjadi kertas putih tanpa noda sama sekali. Selain sesekali dibuka untuk direnungi, dan setelah bosan menatap kertas putih bersih itu maka dengan senang hati menutupnya kembali dan berpindah ke layar yang bisa bergerak, bicara dan mengeluarkan musik yang bisa menghibur hati. Terhitung 3 bulan setelah data selesai di olah, progressnya hanya kertas putih! 

Just start!
Pernah mendengar dua kata itu? Just start! so simple, but so hard to do it! need full time to find the “klick” and taraanngg! Start..!!

Setelah merenungi si kertas putih itu berminggu-minggu, dan menyadari bahwa kertas itu tidak akan berbuat apa-apa tanpa memulai mencoretnya. Maka semangat itu datang. Yuhuu! Mari coret-coret sebentar. Hanya menyisihkan waktu setiap hari untuk membuka dan mencoretnya. Meski hanya sebaris dua baris. Untuk apa? Untuk menumbuhkan semangat yang hampir mati karena kelakuan yang tidak jelas. Lupa akan arti dari kebutuhan dan keinginan. Ini kalimat ngelindur,tapi benar. Keinginan nongkrong yang berlebihan mulai membunuh waktu secara sia-sia yang seharusnya efisien, dan tentu saja itu bukan suatu kebutuhan. *Sowise*

And, here I am! Kembali menulis. Dan kembali bersemangat. Meskipun puyeng terus berlanjut dengan referensi dan data-data ini. Tapi kepuyengan ini memang harus segera di selesaikan. Caranya? Kerjakan! Karena si data masih termasuk benda mati yang gak bisa berbuat apa-apa tanpa ada tangan-tangan yang menuliskannya. Semangat menyongsong 2015! Yosh!

Memasuki 2015

Antara si cabai, tanah atau patogen..!!
Ketika semangat membabi buta untuk mulai merangkai kata dari angka-angka yang sedang menari, tetiba tugas-tugas dari dua mata kuliah ajaib itu menyerang tanpa ampun. Ditambah dengan jadwal ujian yang sudah mengantri dengan materi-materi ajaib yang butuh kekhidmatan khusus untuk mengerti siklus penyakit, patogen dan proses analisis tanah. Parahnya, saya manusia dari planet (prodi:red) lain yang mengenal mereka hanya sepintas lalu. Niatnya, semester ini ingin mengenal mereka lebih jauh. Dan selanjutnya, ternyata oh ternyata, keinginan untuk mengenal mereka lebih jauh berdampak pada rambut menjadi semakin keriting, mata semakin sayu, otak mulai ngebul dan berat badan bertambah naik. Wakakakakk!

And so? What? Lagi-lagi semangat yang mulai muncul itu segera teralihkan ke tulisan-tulisan seputar tanah dan patogen. Kegalauan lagi-lagi melanda. Memilih antara menyelesaikan si cabai, atau menuntaskan secara totalitas si tanah dan patogen ini. Akhirnya,  saya cuma bisa bergumam “Hai cabai, maaf..!! saya kembali menduakanmu. Dunia patogen dan tanah untuk saat ini lebih penting, karena menyangkut hidup dan mati saya semester ini” 

Deadliner..!!
Kamu mahasiswa? Pernah dengar kata deadliner? Atau sks? ituloh, sistem kebut semalam. Baguslah kalau kamu sudah tidak asing dengan kata-kata itu. Karena episode ini kita akan membahas yang namanya deadline dan deadliner. Hehe! Tanggal 9 Januari 2015 adalah hari terakhir saya bermain dengan si tanah dan patogen. Ujian selesai, entah apa dan bagaimana hasilnya, yang jelas sudah melakukan yang terbaik, totalitas selama kuliah. Ini adalah semester terajin saya selama kuliah, dimana absen full satu semester tanpa celah buat bolos. Haha!

Tapi, kebahagiaan UAS berakhir hanya sekejap mata, jam 4 sore, niat hati mw berleha-leha tapi duarrr! sang dosen memanggil. Huakakakakkkk! Mau menghilang lagi? Sepertinya sudah cukup jika ingin selesai di semester ini. Dan dengang langkah gontai tanpa progres memberanikan diri ketemu sang dosen.

Dooorrr..!! benar saja, sang dosen minta progres, dan saya hanya bisa cengar-cengir garuk-garuk kepala gak jelas dan bilang si data masih dalam tahap interpretasi. Dan dengan blak-blakan sang dosen nyeletuk “lama amat, mungkin belum kamu kerjakan?. Kalau kamu kerjakan paling lama seminggu juga udah kelar”. Rasanya itu ingin sembunyi di kolong meja, gak bisa berdalih, karena memang benar itu yang saya lakukan, menutup data dan bermain dengan hal lain. Tetiba sang dosen nyeletuk lagi “oke, 2 minggu dari sekarang draft pertama untuk jurnal kamu harus masuk ke meja saya”. Dan whattt????? Cuma bisa tersenyum getir mengangguk-mengiyakan. Dan taraaannnggg..!! selamat menikmati profesi baru, deadliner..!! 

Terkadang, tekanan itu membuka jalan.
15 hari menjelang tanggal yang ditentukan sang dosen untuk draft pertama. Kalang kabut. Tentu saja! Apalagi jurnal-jurnal yang berserakan di file antah berantah, data yang nyelip sini nyelip sana, dan kamar yang super abstrak dengan slide-slide berjejer memenuhi isi kamar *jangan percaya sepenuh dengan yang kau baca*. So? What can i do? What else, boy..!! buka laptop, buka buku, buka file, lalu kerjakan! yup, Cuma itu satu-satunya cara agar hidup bisa kembali tenang.

Okelah, sepertinya memang cukup sampai disini lari dan berpaling dari si tugas akhir. Sudah tidak ada alasan lagi untuk menolak bermain dengannya. Dan begitulah, 15 hari itu benar-benar dimanfaatkan dengan sebaik mungkin untuk merangkai kata, membuka mata, dan menyelesaikan draft pertama.

Mungkin memang begitu, terkadang kita memang butuh tekanan untuk mengerjakan sesuatu, membuka jalan, dan menyelesaikan masalah. Voillaaa! tepat 2 minggu, draft pertama jadi, siap bertemu dosen. Dan itu rasanya plong! and then? Finish? Not yet bro, perjuangan masih panjang 

Ketika si malas menyapa, dan si rajin memanggil..!!
Hahaiii! Setiap mahasiswa tingkat akhir pasti akan mengalaminya. Ketika permintaan dosen bolak balik. Ketika kita tulis ini, minta itu. kita tulis itu, minta ini. Hm, mungkin efek dari sang dosen banyak kegiatan dan mahasiswa yang dibimbing. Jadi suka lupa dengan apa yang pernah terlontar ke mahasiswa ini. Yoi, ngedraft memperbaiki makalah, jurnal dan tesis, 3 serangkai yang harus segera diselesaikan.

Dan menjadi sesuatu yang wow, ketika sang dosen meminta jurnal itu di tulis dalam bahasa inggris! gimana gak kliyengan coba? membaca jurnal pake bahasa planet (inggris:red) aja udah puyeng, apalagi merubah bahasa ibu menjadi bahasa planet itu. dan akhirnya, si malas itu menghampiri, memanggil untuk melanjutkan bermain dengannya setelah 2 minggu ditinggal asik bermain dengan si rajin. Dan hup..!! terjebak bermain dengan si malas. Terbukti dengan rela menghabiskan hari di depan layar ini, bukan untuk menyalin teks menjadi bahasa inggris, tapi terjaga untuk nonton drama yang bikin klepek-klepek.

Melupakan sejenak makalah, jurnal dan segala temannya, ternyata tidak membuat hidup lebih nyaman. Apalagi, sang dosen yang baik hati, rela dan sengaja terus setiap minggu bertanya kabar, tulisan sudah dimana. Ah, Pak, kehadiranmu kadang membuat saya galau, antara leyeh-leyeh dan menulis. Haghag...!!
Beruntung itu memang punya dosen yang super pengertian dan selalu menyuport anak bimbingannya untuk segera lulus. Dan saya termasuk orang beruntung itu. Dengan adanya sang dosen ini, maka si malas tidak bisa berlama-lama bertahta, karena memang ada si rajin yang harus menuntaskan si tulisan-tulisan itu.

Bersambung!

Pekanbaru,
24 Desember 2016

You Might Also Like

0 komentar: