langkah #12 Rahasia Bolavalen Plateu

15.04 ipeh the pooh 0 Comments




26 Maret 2015

Jam 7, sepagi itu kita memutuskan untuk segera meninggalkan penginapan di Tad Lo, kembali menuju Pakse. Menuntaskan teka teki Bolavalen Plateu yang terkenal di kalangan para bule, dan menjadi salah satu  kegiatan yang wajib untuk disinggahi. Dan ngeeenggg...!!! si kuda besi kembali berjalan, membawa kurcaci kecil mengitari si Bolavalen Plateu.

 Berbeda dengan di awal perjalanan, setengah perjalanan dari Bolavalen Plateu yang tersisa ini, membuat kita kedinginan. Selain si matahari masih malu-malu bersinar, ternyata setengah putaran ini menuju tempat yang lebih tinggi dari sebelumnya. Yoi, dimana pada jam 11 siang, suhu masih bertengger di 230C. Jadi pantas saja, banyak kafe-kafe kopi di pinggir jalanan.
kiri kanan kulihat kebun kopi baru, jalanan yang sepi
Yyaakk..!! selain kiri kanan penuh dengan tanaman kopi, disana juga ada kafe-kafe kopi yang masih sederhana. Dengan alat yang sederhana. Dan hanya menyediakan kopi espresso. Gak ada kopi susu, capucino, atau apalah nama turunannya. Apalagi kenikmatan yang perlu dicari? Gak ada, selain secangkir kopi hangat..!! 

Sedikit heran, ketika masuk ke dalam kafe kopi yang sederhana di pinggir jalan itu. bukan orang lokal yang melayani saya dan si kawan. Tetapi ada seorang Bapak dari Holland. Yang sengaja tinggal disana selama  8 tahun hanya untuk menggeluti dunia perkopian. Dan ketika si Bapak mengetahui saya dan si kawan dari Indonesia, si Bapak langsung menodong kita dengan kopi Gayo asal Aceh dan kopi Lampung. Dan si Bapak bilang, kalau kafe miliknya juga tidak menyediakan kopi susu dalam bahasa Indonesia. Yoi, si Bapak pernah berkunjung ke Indonesia, Bali. Dan si Bapak takjub, dan mengatakan bahwa saya dan si kawan adalah orang yang beruntung bisa lahir dan hidup di Indonesia. Karena ternyata si Bapak, berharap begitu. Lahir dan tinggal di Indonesia. Hehe..

Berbincang sama si Bapak yang saya lupa menanyakan namanya siapa itu cukup menyenangkan. Banyak petuah-petuah yang keluar dari kalimat-kalimatnya. Yang membuat saya menganggukan kepala, bahwa benar  uang itu hanya alat tukar. Bukan yang utama. Jadi hiduplah sederhana. Bedakan antara keinginan dan kebutuhan. 

Si Bapak juga menasehati, bahwa perjalanan yang dilakukan tidak akan pernah menjadi sia-sia. Karena pada dasarnya, kita memang harus keluar dari cangkang, untuk melihat apa yang terjadi, melihat dunia. Waktu terus berjalan, dan zaman pasti akan berubah, so? jadikan perjalanan dan pengalaman guru terbaik sepanjang masa. 

Terakhir, si Bapak menyadarkan saya dan si kawan, bahwa untuk mencari pasangan yang sevisi itu impossible. Karena setiap manusia itu ditakdirkan berbeda. Akan ada perbedaan. Kembar sekalipun. Jadi? Bukan mencari yang sama, tetapi  menerima dan mengerti akan perbedaan. Hahaiii...!!! ^^. Oke siap sir..!!!

air terjun champi dari kejauhan
berjalan menikmati lorong menuju air terjun
Puas menganggukkan kepala, mendengar ceritanya. Kuda besi kembali melaju. Niat untuk langsung kembali ke penginapan, lagi-lagi tertunda. Yoi, kita masih penasaran dari surga tersembunyi yang ada di Bolavalen Plateau ini. Dari sekian banyak air terjun di sekitarnya, akhirnya kita memutuskan untuk mengunjungi 2 air terjun. Air terjun champi, atau air terjun goa dan air terjun yang saya lupa namanya. ^^v
air terjun champi dari atas
air tejun champi ini atau air terjun goa, memang ada lorong atau tebing yang melengkung ke dalam yang membentuk goa setengah, jadi kamu bisa berjalan menuju air terjun dan berdiri di belakangnya. Merasakan hempasan air yang jatuh bersama suaranya secara dekat, tepat berada di belakang air terjun itu. dan ini memang tetesan surga. Airnya bening, tenang. Oke banget buat berenang. Para bule yang bisa berenang tidak akan melewatkan kesempatan itu kecuali saya dan si kawan, yang hanya bisa duduk termangu melihat adegan para bule memamerkan kebolehannya. 
jalan sesat yang membawa ke lukisan alam tida tanding
Perjalanan dilanjutkan menuju air terjun kedua yang saya lupa namanya. Yang jelas, saat menuju tempat itu perlu usaha hati-hati, ada susunan tangga yang curam dan kita harus berhasil melewatinya dan taraaannngg...!! air terjun ini sukses membawa saya menembus lorong waktu ke awal tahun 2012. Berdiri di batu yang besar berlatar belakang air terjun yang deras, dan meluapkan emosi sesuka hati, memaki diri yang orang lain tidak akan dengar. Yoi, ini air terjun de ja vu..!! mungkin mirip dengan salah satu air terjun yang pernah saya datangi bersama para kijang,  Air deras, bening dan hijau. Huehehe...  kalau begini, melihat kondisi para bule yang mungkin tinggal di daerah bukan tropis, pantas saja mengatakan bahwa Bolavalen Plateu ini surga. ^^v Hamparan kebun kopi sepanjang jalan, air terjun di setiap lekukan dengan warna air yang kontras berbeda, kafe kopi di sepanjang jalan, dan tempat penginapan murah, terakhir kedamaian dan ketenangan. apalagi coba? Kalau bukan tetesan surga di tanah yang gersang. 
air terjun yang mirip dengan curug nangka-bogor
Memasuki kota pakse, udara dingin seketika beruba menjadi panas menggigit. Panasnya dan gersangnya Pakse, belum terkalahkan sejauh ini. Dengan tenaga yang tersisa karena lupa atau sengaja di lupakan untuk makan, saat touchdown Pakse gak ada lagi pilihan selain makannn...!!! dan gak perlu khawatir, kita makan di restoran India. insyaAllah terjamin kehalalannya. Dan happ..!! seketika sepiring nasi goreng masuk dan bekerja dalam perut. *jauh-jauh ke Pakse, makanannya tetap nasi goreng*. Selebihnya, gak ada yang bisa dilakukan selain kembali berdiskusi. Hehe..

Next!
Langkah #13

You Might Also Like

0 komentar: