langkah #12 Rahasia Bolavalen Plateu
26 Maret 2015
Jam 7, sepagi
itu kita memutuskan untuk segera meninggalkan penginapan di Tad Lo, kembali
menuju Pakse. Menuntaskan teka teki Bolavalen Plateu yang terkenal di kalangan
para bule, dan menjadi salah satu
kegiatan yang wajib untuk disinggahi. Dan ngeeenggg...!!! si kuda besi
kembali berjalan, membawa kurcaci kecil mengitari si Bolavalen Plateu.
Berbeda dengan di awal perjalanan, setengah
perjalanan dari Bolavalen Plateu yang tersisa ini, membuat kita kedinginan.
Selain si matahari masih malu-malu bersinar, ternyata setengah putaran ini
menuju tempat yang lebih tinggi dari sebelumnya. Yoi, dimana pada jam 11 siang,
suhu masih bertengger di 230C. Jadi pantas saja, banyak kafe-kafe
kopi di pinggir jalanan.
kiri kanan kulihat kebun kopi baru, jalanan yang sepi |
Yyaakk..!!
selain kiri kanan penuh dengan tanaman kopi, disana juga ada kafe-kafe kopi
yang masih sederhana. Dengan alat yang sederhana. Dan hanya menyediakan kopi
espresso. Gak ada kopi susu, capucino, atau apalah nama turunannya. Apalagi
kenikmatan yang perlu dicari? Gak ada, selain secangkir kopi hangat..!!
Sedikit
heran, ketika masuk ke dalam kafe kopi yang sederhana di pinggir jalan itu.
bukan orang lokal yang melayani saya dan si kawan. Tetapi ada seorang Bapak
dari Holland. Yang sengaja tinggal disana selama 8 tahun hanya untuk menggeluti dunia
perkopian. Dan ketika si Bapak mengetahui saya dan si kawan dari Indonesia, si
Bapak langsung menodong kita dengan kopi Gayo asal Aceh dan kopi Lampung. Dan
si Bapak bilang, kalau kafe miliknya juga tidak menyediakan kopi susu dalam
bahasa Indonesia. Yoi, si Bapak pernah berkunjung ke Indonesia, Bali. Dan si
Bapak takjub, dan mengatakan bahwa saya dan si kawan adalah orang yang
beruntung bisa lahir dan hidup di Indonesia. Karena ternyata si Bapak, berharap
begitu. Lahir dan tinggal di Indonesia. Hehe..
Berbincang
sama si Bapak yang saya lupa menanyakan namanya siapa itu cukup menyenangkan.
Banyak petuah-petuah yang keluar dari kalimat-kalimatnya. Yang membuat saya
menganggukan kepala, bahwa benar uang
itu hanya alat tukar. Bukan yang utama. Jadi hiduplah sederhana. Bedakan antara
keinginan dan kebutuhan.
Si Bapak juga
menasehati, bahwa perjalanan yang dilakukan tidak akan pernah menjadi sia-sia.
Karena pada dasarnya, kita memang harus keluar dari cangkang, untuk melihat apa
yang terjadi, melihat dunia. Waktu terus berjalan, dan zaman pasti akan
berubah, so? jadikan perjalanan dan pengalaman guru terbaik sepanjang masa.
Terakhir, si
Bapak menyadarkan saya dan si kawan, bahwa untuk mencari pasangan yang sevisi
itu impossible. Karena setiap manusia itu ditakdirkan berbeda. Akan ada
perbedaan. Kembar sekalipun. Jadi? Bukan mencari yang sama, tetapi menerima dan mengerti akan perbedaan.
Hahaiii...!!! ^^. Oke siap sir..!!!
air terjun champi dari kejauhan |
berjalan menikmati lorong menuju air terjun |
Puas
menganggukkan kepala, mendengar ceritanya. Kuda besi kembali melaju. Niat untuk
langsung kembali ke penginapan, lagi-lagi tertunda. Yoi, kita masih penasaran
dari surga tersembunyi yang ada di Bolavalen Plateau ini. Dari sekian banyak
air terjun di sekitarnya, akhirnya kita memutuskan untuk mengunjungi 2 air
terjun. Air terjun champi, atau air terjun goa dan air terjun yang saya lupa
namanya. ^^v
air terjun champi dari atas |
air tejun champi ini atau air terjun goa, memang ada lorong atau tebing yang
melengkung ke dalam yang membentuk goa setengah, jadi kamu bisa berjalan menuju
air terjun dan berdiri di belakangnya. Merasakan hempasan air yang jatuh
bersama suaranya secara dekat, tepat berada di belakang air terjun itu. dan ini
memang tetesan surga. Airnya bening, tenang. Oke banget buat berenang. Para
bule yang bisa berenang tidak akan melewatkan kesempatan itu kecuali saya dan
si kawan, yang hanya bisa duduk termangu melihat adegan para bule memamerkan
kebolehannya.
jalan sesat yang membawa ke lukisan alam tida tanding |
Perjalanan
dilanjutkan menuju air terjun kedua yang saya lupa namanya. Yang jelas, saat
menuju tempat itu perlu usaha hati-hati, ada susunan tangga yang curam dan kita
harus berhasil melewatinya dan taraaannngg...!! air terjun ini sukses membawa
saya menembus lorong waktu ke awal tahun 2012. Berdiri di batu yang besar
berlatar belakang air terjun yang deras, dan meluapkan emosi sesuka hati,
memaki diri yang orang lain tidak akan dengar. Yoi, ini air terjun de ja vu..!!
mungkin mirip dengan salah satu air terjun yang pernah saya datangi bersama
para kijang, Air deras, bening dan
hijau. Huehehe... kalau begini, melihat
kondisi para bule yang mungkin tinggal di daerah bukan tropis, pantas saja
mengatakan bahwa Bolavalen Plateu ini surga. ^^v Hamparan kebun kopi sepanjang
jalan, air terjun di setiap lekukan dengan warna air yang kontras berbeda, kafe
kopi di sepanjang jalan, dan tempat penginapan murah, terakhir kedamaian dan
ketenangan. apalagi coba? Kalau bukan tetesan surga di tanah yang gersang.
air terjun yang mirip dengan curug nangka-bogor |
Memasuki kota
pakse, udara dingin seketika beruba menjadi panas menggigit. Panasnya dan
gersangnya Pakse, belum terkalahkan sejauh ini. Dengan tenaga yang tersisa
karena lupa atau sengaja di lupakan untuk makan, saat touchdown Pakse gak ada
lagi pilihan selain makannn...!!! dan gak perlu khawatir, kita makan di restoran
India. insyaAllah terjamin kehalalannya. Dan happ..!! seketika sepiring nasi
goreng masuk dan bekerja dalam perut. *jauh-jauh ke Pakse, makanannya tetap
nasi goreng*. Selebihnya, gak ada yang bisa dilakukan selain kembali
berdiskusi. Hehe..
Next!
Langkah #13
Next!
Langkah #13
0 komentar: