Angkot vs Ojek Online

22.12 ipeh the pooh 0 Comments

Negeri ini sepertinya selalu dipenuhi dengan berita-berita yang "mencengangkan". Salah satu berita yang menarik perhatian gue adalah kerusuhan yang terjadi antara angkutan kota (angkot) dan ojek online di Bogor.

Bagi gue, Bogor adalah cinta pertama yang gak bakal bisa dilupakan. Setiap sudut Bogor punya cerita sendiri, termasuk angkotmya. Gue mengenal Bogor karena label kota hujan dan kota sejuta angkot. Dulu, gue gak percaya sampai gue buktiin sendiri  bahwa Bogor emang paling juara angkotnya. Pengalaman gue yang doyan pulang malam selama di Bogor membuktikan bahwa angkot Bogor itu hampir tersedia 24 jam mengalahkan Jakarta, kota yang tak pernah tidur.
Kemacetan rutin di depan stasiun.
Jumlah angkot masih juara daripada mobil-mobil kece
Dok. google.com
Gue pernah, ketinggalan kereta dari Jakarta menuju Bogor. Waktu itu sudah menunjukkan pukul 11 malam, dan ternyata angkot ke terminal-terminal yang menghubungkan Jakarta-Bogor udah langka. Gue harus menunggu cukup lama untuk menemukan satu angkot. Berbeda dengan di Bogor yang angkotnya masih berserak. Gue pernah pulang jam 12 malam, jam 2 pagi atau jam 3 pagi (ehm, ini bukan berarti gue wanita malam. biasanya gue bakal pulang terlalu malam atau terlalu pagi karena melanglang buana ke daerah luar Bogor, hueheh!) dan angkot Bogor masih ada di terminal, dan dijalanan. jadi, gue gak perlu takut jadi gembel gak nyampe kosan kalau pulang terlalu malam atau terlalu pagi.

Angkot, adalah salah satu hal yang membuat gue jatuh cinta pada Bogor. Iyes, gue termasuk salah satu pengguna angkot sejati. Mau macet, mau lengang, mau hujan badai, mau terik menyengat, transportasi gue cuma angkot. Kecuali kalau gue pergi sama kawan-kawan yang bersedia buat ngangkut gue. hehe!

Ehm, setia sama angkot bukan berarti gue gak pernah gondok bin kesel sama angkot. Ngetemnya angkot Bogor juga masih juara. Saking banyaknya angkot di Bogor, jadinya gitu, angkot bakal  ngetem nunggu penumpang yang kebagi-bagi dengan angkot yang sejalur. Meskipun si abang sopirnya bilang "neng, stasiun neng. ayo neng, langsung". Yakin dan percayalah dari sepuluh angkot, yang melakukan apa yang dibilangnya hanya satu angkot, itu juga kalau nemu sopir yang baik, ramah dan mengerti bahwa kita emang buru-buru. Gue pernah nunggu ngetem angkot hampir satu jam. Dalam hati gue mengutuk si angkot, kalau gue jalan kaki mungkin udah nyampe kampus. ya gimana gak lama ngetem, kalau penumpangnya cuma dua orang, dan penumpang-penumpang lain mencari angkot yang sedang melaju sambil jalan kaki (maksudnya nyari angkot yang sejalur dan gak ngetem).

FYI, jalur angkot di Bogor itu lucu. Gue kasih contoh, untuk sampai ke kampus gue di Darmaga dari terminal Laladon, bisa pake angkot yang beda nomor, tapi nyampenya sama. Ada angkot jurusan Kampus Dalam, Ciampea, Jasinga, dan Leuwiliang. Percaya atau gak, keempat angkot itu lewat pas di depan kampus gue. So, kalau angkot kampus dalam penumpangnya dikit yang bakal ngetem sampe lama, maka gue bakal cari angkot tiga jurusan lain yang udah hampir penuh. so? udah mulai ngeh gak kenapa angkot di Bogor itu suka ngetem lama? yoih! mereka cuma nyari penumpang biar dapat duit buat makan. Emang kesel bin gondok sih, tapi kalau dirunut lagi, alasan-alasan mereka begitu karena gak ada penumpang ya kasian juga. iya gak sih?

Tahun 2015, transportasi umum di Bogor dan sekitarnya disemarakkan oleh kehadiran ojek online. Awal-awal tahun 2015, seinget gue ojek online masih di seputaran Jakarta. Mulai masuk ke Bogor, kira-kira akhir tahun 2015. Kehadiran ojek online sungguh sangat membantu bagi kaum yang gak punya kendaraan, tapi dengan tingkat mobilitas tinggi, kayak gue. hehe.

Jujur aja, gue sangat terbantu dengan kehadiran ojek online, meskipun kadang mikir dan harus bertaruh dengan waktu dan duit yang gue punya. haha. Semurah-murahnya ojek online, bagi gue masih murah naik angkot kemana-mana. Cuma ojek online menang di waktu. misalnya, kalau naik angkot gue harus menghabiskan waktu satu jam, maka dengan ojek online gue cuma butuh 15 menit meskipun harganya lebih mahal dikit dari angkot. Kalau lo buru-buru, dan tinggal di Jakarta dan Bogor yang macetnya juara, maka gue yakin lo bakal milih ojek online daripada naik angkot. Serius! gue sekali nyoba ojek online jadi ketagihan.

Ironisnya adalah sesama transportasi ini gak akur. sejak kemunculan ojek online ini banyak kasus kericuhan di Jakarta dan Bogor, termasuk di dalam kampus gue! alasannya klasik, karena kehadiran ojek online akan mengurangi jatah penumpang angkot, taksi, dan ojek kampus.iyes! Ketakutan karena ini berurusan dengan masalah perut para sopir.


Kira-kira beginilah gamar kerciuhan yang terjadi di Bogor
Dok. Detik.com
Gue salut sama perusahaan ojek online yang bisa mengatur sedemikian rupa tukang ojek dan biaya yang terjangkau sama penumpang. he-eh! Menurut gue mereka juara dan cerdas. beda dengan angkot, taksi atau ojek kampus.

Pengelolaan angkot, taksi dan ojek kampus masih tergolong jadul. Setau gue, angkot di Bogor itu ada juragannya. Nah, selain si sopir angkot harus nyetor "uang keamanan" sesuai tarif ke juragan, terus di persimpangan jalan kadang ada pak ogah berseragam, mereka juga harus nyari duit buat makan anak istri. Kebayang gak gimana kalau hari-hari mereka gak ada penumpang, atau penumpangnya cuma satu, dua atau enam orang? Mau kasih makan pake apa anak istrinya di zaman sekarang? pake angin yang di panen selama narik angkot? ya, akhirnya mereka marah, ngamuk, dan  protes. Sayangnya, mereka gak tau mau protes kemana. alhasil ya ricuh sana sini.

Ojek online yang jadi sasaran amukan mereka pada akhirnya gerah juga. Lah wong mereka cuma kerja buat nyari makan juga, kok di amuk? Protes lah. Akhrinya perang di mulai.

Terus, mulailah status-status bermunculan di media sosial. Karena gue termasuk yang suka mentengin media sosial, agak-agak sedih aja sih kalau ada status yang menyalahkan sopir angkot atas kejadian ricuh sana sini. Kenapa harus sopir angkot yang disalahin? Apa hanya karena mereka ngetem, lama, suka ngomel kalau uang gak cukup, atau gak ngembaliin duit seharusnya?

Bagi gue, sopir angkot ya cuma protes, cuma salah protes karena bingung mau protes kemana. Sopir angkot juga manusia yang butuh makan. dan pekerjaannya adalah ngangkut dan nganterin penumpang. Kalau penumpang beralih karena memang menemukan transportasi umum yang lebih baik, berarti memang ada yang salah. salah sopir angkot? salah sopir ojek online? salah manajemen? salah aturan pemerintah? atau salah gue? *eh*

Think smart gaes!

Apakah bijak mencaci maki sopir angkot atas kericuhan yang ada?


Pekanbaru,

23 Maret 2017

You Might Also Like

0 komentar: