Langkah #8 Surga Tersembunyi
22 Maret 2015
Jelas saja
hari ini si kawan bersemangat. Yoi, hari ini saya dan si kawan mengelilingi
taman nasional Phong Nha- Ke Bang dengan motor. Kamu ingat? Bahwa si kawan ini
si good rider. Jalanan dan memacu si kuda besi menjadi kesenangannya
tersendiri. Jadi, yoshh...!! setelah sarapan dengan roti segede gaban [lagi]
dan telor yang isinya tomat, kita cuss. Menikmati jalanan dan tentu saja,
angin..!!!
|
bukit-bukit batu Phong Nha Ke Bang |
|
Permadani Hijau |
Menyusuri
Phong Nha-Ke Bang ke setiap sudutnya, lagi-lagi mengingatkan saya pada pantura.
Dimana sepanjang jalan yang dilihat adalah permadani hijau berupa padi, padi,
dan padi. Ada di titik-titik tertentu kita akan menemukan singkong, kacang tanah
atau jagung. Iklim saat itu emang mendukung buat nanam palawija, karena
puanasnya yahuut banget. Kering..!! dan golongan palawija termasuk tanaman yang
gak terlalu bawel dengan keberadaan air. Loh, itu nanam padi?, iya..!! keren
kan? Mereka bisa nanam padi di saat musim kering. Dan itu bukan padi gogo atau
padi lahan kering. Mereka nanam padi sawah kok. Dan airnya berasal dari
sungai-sungai yang mengalir hampir di sepanjang kota itu. Mereka membuat
bak-bak penampungan untuk mensukseskan irigasi ke sawah mereka. Keren deh..!!
mungkin dengan begitulah mereka bisa mengekspor beras ke negara agraris ini.
Ya, beras kita masih di impor salah satunya dari Vietnam yang punya musim
kering, sulit air. Sedih? Bingung? Sama, saya juga begitu..!!
|
pintu masuk Mooc Spring |
Melihat lebih
dekat bukit-bukit batu yang menjulang tinggi. Keren..!! sempat mikir, kalau
gempa, kira-kira bakal longsor gak ya? Tapi bukit itu tersusun dari batu-batu.
Kayak bukit Ciampea gitu. Bedanya, kalau bukit Ciampea udah mulai botak, bukit
disini masih hijau, masih banyak pohon, masih banyak burung yang berkeliaran,
masih banyak kupu-kupu indah yang menghampiri. Hm, apa ini tetesan surga yang
tercecer? Entahlah. ^^
|
mupeng buat terjun gak? |
|
jalan menuju tetesan surga itu |
|
sunyi.. ^^ |
|
bening..!! |
Berhenti di
satu pemberhentian. Mooc Spring namanya. Yang pada akhirnya saya tau kenapa ada
kata Spring disana. Ternyata itu adalah sungai yang sisi kanan dan kirinya ada
bunga-bunga yang bermekaran. Kayak musim Spring gitu. Dan, lagi-lagi Cuma bisa
cengok, apa ini masih tetesan surga yang tercecer? Air bening, hijau karena
pantulan cahaya dari bukit-bukit hijau di padu dengan warna langit biru,
berkolaborasi dengan warna-warni bunga-bunga yang bermekaran. guys, bisakah
kalian membayangkan itu? Satu lagi yang pasti, tanpa sampah di sekelilingmu,
dan tanpa manusia. Hanya ada dua manusia manis yang sedang sibuk dengan pikiran
masing-masing menikmati bunyi air yang mengalir, melihat kupu-kupu dengan riang
terbang mencari perhatian. Segala Puji bagi Tuhan..!!!
|
gak ada manusia, kosong..!! |
|
speechless..!! |
|
betah..!! |
Puas
berjam-jam menikmati dunia yang sepi dengan keelokannya, kaki kecil kembali
bergerak melanjutkan perjalanan memutari si taman nasional. Di setiap lekukan
perjalanan, terdengar suara teriakan-teriakan riang dari bocah-bocah dan motor
yang ditinggal begitu saja. Penasaran dengan apa yang terjadi. Lalu, dengan
jiwa detektif dadakam menelusuri suara itu, dan amazing..!! disini, banyak
surga tersembunyi..!! sungai tenang yang jernih dengan batu-batu kerikilnya.
Pantas saja, bocah-bocah lokal ini bahagia. Ada tempat “bermain” seindah itu
disini. Tanpa perlu ngeluarin ongkos, dan tanpa khawatir motor yang ditaro
sembarangan akan hilang. Cuma bisa geleng-geleng kepala, mupeng..!!
|
mari melangkah, menyusuri sungai.. |
|
keren gak sih?? |
|
gimana gak betah coba? |
|
pemandangan yang sudah langka..!! |
Di titik yang
lain, dimana mata bisa melihat 3600 penuh dengan bukit yang
menjulang, menjulang dan menjulang.
Jalanan yang sepi. Seperti jalan milik pribadi. Cuaca yang bersahabat, meskipun
matahari tetap bersinar. Ya..ya.. menyusuri Phong Nha-Ke Bang berhasil menyihir
dan membuat saya jatuh cinta. Tapi, belum waktunya untuk berlama-lama disini.
Perjalanan masih harus dilanjutkan. Mau tidak mau, harus say good bye dagh dagh
dengan si Phong Nha.
|
bukit-bukit menjulang |
|
sepi, jalan milik pribadi..^^ |
|
tetesan surga di sudut Phong Nha Ke Bang |
Eps. Ketulusan melalui Isyarat.
Sesampainya
di penginapan, keril udah siap diangkat menuju negara selanjutnya. Laos dengan
kota transit Hue. Sambil menunggu bis datang, saya dan si kawan duduk di depan
penginapan, mengamati dan menikmati kesibukan orang-orang yang berkeliaran.
Diantara mereka ada 3 orang bocah. Malu-malu mereka mengatakan Hello, mencari
perhatian. Lalu? Ya, dengan bahasa yang berbeda kita berbincang-bincang. Mereka
berbahasa Vietnam. Dan saya? Berbahasa Sunda. Huehehe.. nyambung? Tentu
saja..!! ada banyak cara untuk kita saling mengerti, meskipun kita berbeda, ada
bahasa isyarat dan ketulusan untuk saling mengerti. akhirnya, masing-masing
kita tau nama masing-masing. Tapi, ehm, saya langsung lupa karena sulitnya
dalam pengejaan nama mereka, salah berkali-kali. Huehehe...
|
senyum yang tulus.. ^^ |
Yang membuat
saya semakin cinta dengan kota itu, ketika bis datang dan waktunya mengakhiri
percakapan nyambung gak nyambung itu, mereka mengatakan “bye-bye, dan
bla..blaa.. *pake bahasa Vietnam*dengan wajah dan senyum riang. Ah..kalian
kurcaci kecil, membuat saya rindu dengan kurcaci-kurcaci nyebelin di sekolah.
^^
Jam 10 malam, kembali touchdown di kota Hue. Sudah
ada seorang teman asli dari Vietnam kenalan si kawan yang sedang menunggu. Dan
kita berdiskusi ngalor ngidul. Betapa hebat dia ketika menceritakan perjalanan
hidup dan cita-citanya. Simpel, ingin menjadi guide internasional meskipun
jurusan kuliah yang diambilnya saat ini hukum. Untuk meningkatkan kemampuan
bahasa, si kawan itu ikut komunitas “couchsurfing” tempat dimana semua manusia
yang punya hobi sama, travelling dari berbagai negara berkumpul menjadi satu.
Katanya, selain menambah teman juga dapat meningkatkan bahasa. Mau nyoba?
Jam 12 malam.
Diskusi ngalor ngidul kita akhiri. Besok saya dan si kawan akan melanjutkan
perjalanan panjang untuk kesekian kalinya
Next!
Langkah #9
0 komentar: