Langkah #8 Surga Tersembunyi

13.53 ipeh the pooh 0 Comments


22 Maret 2015

Jelas saja hari ini si kawan bersemangat. Yoi, hari ini saya dan si kawan mengelilingi taman nasional Phong Nha- Ke Bang dengan motor. Kamu ingat? Bahwa si kawan ini si good rider. Jalanan dan memacu si kuda besi menjadi kesenangannya tersendiri. Jadi, yoshh...!! setelah sarapan dengan roti segede gaban [lagi] dan telor yang isinya tomat, kita cuss. Menikmati jalanan dan tentu saja, angin..!!!
bukit-bukit batu Phong Nha Ke Bang
Permadani Hijau
Menyusuri Phong Nha-Ke Bang ke setiap sudutnya, lagi-lagi mengingatkan saya pada pantura. Dimana sepanjang jalan yang dilihat adalah permadani hijau berupa padi, padi, dan padi. Ada di titik-titik tertentu kita akan menemukan singkong, kacang tanah atau jagung. Iklim saat itu emang mendukung buat nanam palawija, karena puanasnya yahuut banget. Kering..!! dan golongan palawija termasuk tanaman yang gak terlalu bawel dengan keberadaan air. Loh, itu nanam padi?, iya..!! keren kan? Mereka bisa nanam padi di saat musim kering. Dan itu bukan padi gogo atau padi lahan kering. Mereka nanam padi sawah kok. Dan airnya berasal dari sungai-sungai yang mengalir hampir di sepanjang kota itu. Mereka membuat bak-bak penampungan untuk mensukseskan irigasi ke sawah mereka. Keren deh..!! mungkin dengan begitulah mereka bisa mengekspor beras ke negara agraris ini. Ya, beras kita masih di impor salah satunya dari Vietnam yang punya musim kering, sulit air. Sedih? Bingung? Sama, saya juga begitu..!!

pintu masuk Mooc Spring
Melihat lebih dekat bukit-bukit batu yang menjulang tinggi. Keren..!! sempat mikir, kalau gempa, kira-kira bakal longsor gak ya? Tapi bukit itu tersusun dari batu-batu. Kayak bukit Ciampea gitu. Bedanya, kalau bukit Ciampea udah mulai botak, bukit disini masih hijau, masih banyak pohon, masih banyak burung yang berkeliaran, masih banyak kupu-kupu indah yang menghampiri. Hm, apa ini tetesan surga yang tercecer? Entahlah. ^^
mupeng buat terjun gak?
jalan menuju tetesan surga itu
sunyi.. ^^
bening..!!

Berhenti di satu pemberhentian. Mooc Spring namanya. Yang pada akhirnya saya tau kenapa ada kata Spring disana. Ternyata itu adalah sungai yang sisi kanan dan kirinya ada bunga-bunga yang bermekaran. Kayak musim Spring gitu. Dan, lagi-lagi Cuma bisa cengok, apa ini masih tetesan surga yang tercecer? Air bening, hijau karena pantulan cahaya dari bukit-bukit hijau di padu dengan warna langit biru, berkolaborasi dengan warna-warni bunga-bunga yang bermekaran. guys, bisakah kalian membayangkan itu? Satu lagi yang pasti, tanpa sampah di sekelilingmu, dan tanpa manusia. Hanya ada dua manusia manis yang sedang sibuk dengan pikiran masing-masing menikmati bunyi air yang mengalir, melihat kupu-kupu dengan riang terbang mencari perhatian. Segala Puji bagi Tuhan..!!!
gak ada manusia, kosong..!!
speechless..!!
betah..!!
Puas berjam-jam menikmati dunia yang sepi dengan keelokannya, kaki kecil kembali bergerak melanjutkan perjalanan memutari si taman nasional. Di setiap lekukan perjalanan, terdengar suara teriakan-teriakan riang dari bocah-bocah dan motor yang ditinggal begitu saja. Penasaran dengan apa yang terjadi. Lalu, dengan jiwa detektif dadakam menelusuri suara itu, dan amazing..!! disini, banyak surga tersembunyi..!! sungai tenang yang jernih dengan batu-batu kerikilnya. Pantas saja, bocah-bocah lokal ini bahagia. Ada tempat “bermain” seindah itu disini. Tanpa perlu ngeluarin ongkos, dan tanpa khawatir motor yang ditaro sembarangan akan hilang. Cuma bisa geleng-geleng kepala, mupeng..!! 
mari melangkah, menyusuri sungai..
keren gak sih??
gimana gak betah coba?
pemandangan yang sudah langka..!!
Di titik yang lain, dimana mata bisa melihat 3600 penuh dengan bukit yang menjulang,  menjulang dan menjulang. Jalanan yang sepi. Seperti jalan milik pribadi. Cuaca yang bersahabat, meskipun matahari tetap bersinar. Ya..ya.. menyusuri Phong Nha-Ke Bang berhasil menyihir dan membuat saya jatuh cinta. Tapi, belum waktunya untuk berlama-lama disini. Perjalanan masih harus dilanjutkan. Mau tidak mau, harus say good bye dagh dagh dengan si Phong Nha.
bukit-bukit menjulang
sepi, jalan milik pribadi..^^
tetesan surga di sudut Phong Nha Ke Bang


Eps. Ketulusan melalui Isyarat.

Sesampainya di penginapan, keril udah siap diangkat menuju negara selanjutnya. Laos dengan kota transit Hue. Sambil menunggu bis datang, saya dan si kawan duduk di depan penginapan, mengamati dan menikmati kesibukan orang-orang yang berkeliaran. Diantara mereka ada 3 orang bocah. Malu-malu mereka mengatakan Hello, mencari perhatian. Lalu? Ya, dengan bahasa yang berbeda kita berbincang-bincang. Mereka berbahasa Vietnam. Dan saya? Berbahasa Sunda. Huehehe.. nyambung? Tentu saja..!! ada banyak cara untuk kita saling mengerti, meskipun kita berbeda, ada bahasa isyarat dan ketulusan untuk saling mengerti. akhirnya, masing-masing kita tau nama masing-masing. Tapi, ehm, saya langsung lupa karena sulitnya dalam pengejaan nama mereka, salah berkali-kali. Huehehe... 
senyum yang tulus.. ^^
Yang membuat saya semakin cinta dengan kota itu, ketika bis datang dan waktunya mengakhiri percakapan nyambung gak nyambung itu, mereka mengatakan “bye-bye, dan bla..blaa.. *pake bahasa Vietnam*dengan wajah dan senyum riang. Ah..kalian kurcaci kecil, membuat saya rindu dengan kurcaci-kurcaci nyebelin di sekolah. ^^

Jam 10  malam, kembali touchdown di kota Hue. Sudah ada seorang teman asli dari Vietnam kenalan si kawan yang sedang menunggu. Dan kita berdiskusi ngalor ngidul. Betapa hebat dia ketika menceritakan perjalanan hidup dan cita-citanya. Simpel, ingin menjadi guide internasional meskipun jurusan kuliah yang diambilnya saat ini hukum. Untuk meningkatkan kemampuan bahasa, si kawan itu ikut komunitas “couchsurfing” tempat dimana semua manusia yang punya hobi sama, travelling dari berbagai negara berkumpul menjadi satu. Katanya, selain menambah teman juga dapat meningkatkan bahasa. Mau nyoba?
Jam 12 malam. Diskusi ngalor ngidul kita akhiri. Besok saya dan si kawan akan melanjutkan perjalanan panjang untuk kesekian kalinya

Next!
Langkah #9
 

You Might Also Like

0 komentar: