Kopi dan Mie Rebus

20.30 ipeh the pooh 0 Comments

"Setiap saat, setiap waktu
Kamu selalu menemani aku,
Meskipun hitam, tapi banyak yang suka
Bersama teman-teman, ku menikmatimu
hu lalala..kopimu kopiku, hulalala join join kopi
hu lalala arti sahabat, hu lalala tak ternilai harganya!",
[Blackout-Join Kopi]

Sekian lama gak ngedenger deretan lagu di playlist favorit, akhirnya beberapa hari terakhir ini gue kembali memutar lagu-lagu itu. Damn! ternyata masing lagu-lagu itu punya cerita tersendiri dan berhasil ngebuat gue ngeluarin lagi kata "rindu Bogor!". Seperti penggalan lagu diatas, yang kembali memutar ulang cerita tentang kopi dan mie rebus hampir di setiap malam.

Kopi, gue mengenal kopi sejak kecil, belajar menyeduh dan menghirup aroma kopi yang wangi bukan hal yang baru. Tapi menjadi hal baru ketika gue mulai nyoba minum kopi, kopi item, pahit pula.

Dulu, ketika menjadi mahasiswa baru, bagi gue kopi hanyalah sebuah kata yang disukai oleh mahasiswa-mahasiswa yang suka nongkrong gak jelas di warkop sambil negbul (baca: ngerokok). Di kampus gue, ada beberapa warkop yang penuh dengan mahasiswa-mahasiswa gondrong yang suka ngebul pulang malam, kadang sampai tumpah ruah di jalanan. Dulu, gue rada bingung sih mereka ini betah amat di warkop yang kecil itu. Makan juga jarang, kadang kopi segelas buat ramean, ngebul sepanjang nongkrong, pulang larut malam, dan bakal kesiangan kalau kuliah pagi. Apa coba manfaatnya. itu pemikiran gue yang dulu, yang masih menjadi mahasiswa baru, yang kerjaannya cuma kuliah-organisasi kampus-kuliah. Tapi, gue gak pernah nyangka, ternyata gue menoreh cerita panjang bersama kopi dan mie rebus.

Tahun 2009 saat gue tingkat 3 di dunia perkuliahan, gue mulai mencari hal baru dan mencoba keluar dari kampus yang mulai ngebosenin, ceritanya mulai basi karena cuma beredar di kuliah dan rapat. akhirnya gue menemukan teman-teman baru yang hobi ngebandrek atau minum jasu (jahe susu) di ujunng jalan menghabisi malam. waktu itu, teman-teman yang gue temui itu masih kinclong dari ngebul, artinya kita cuma suka ngebandrek ketawa haha hihi merencanakan petualangan-petualangan gokil ke tempat-tempat baru. seiring waktu berjalan, ternyata kumpulan ini membawa gue ke segerombolan anak gondrong yang suka ngebul dan kopi. Nah, dari situlah candu kopi susu mulai gue alami. sebenernya sih gak candu-candu amat, cuma pas lagi nongkrong aja mesennya kopi susu, bisa yang murni atau yang sachetan tergantung suasana hati, yang jelas bukan kopi item. hehe! satru lagi, mie rebus! menurut gue, kopi susu dan mie rebus adalah padanan yang nikmat.

Sejak itu, pendapat gue yang dulu tentang segerombolan manusia hobi nongkrong gak jelas itu berubah hampir 180 derajat. ternyata nongkrong di warung kopi gak cuma sekedar nongkrong. tapi nongkrong yang berisi. gak cuma ngobrol ngalor ngidul tentang kuliah dan masalah cinta, tapi lebih dari itu.

Jujur aja, pikiran gue mulai terbuka sejak gue hobi ikut nongkrong di warung kopi dengan segerombolan teman gondrong ini. gue baru ngeh dan sadar bahwa mahasiswa itu ada untuk rakyat, bukan cuma masalah IPK dan tugas. ada kalimat yang dulu gue denger, katanya "rakyat tunduk pada pemerintah tetapi pemerintah dapat tunduk pada mahasiswa. maka dari itu seharusnya mahasiswa dekat dengan rakyat! bukan sengaja dijauhkan dari rakyat lalu disibukkan dengan tugas-tugas yang cuma "menuh-menuhin" perpustakaan dan buang-buang kertas". Faktanya, yang gue temuin dan alami adalah posisi di kalimat terakhir. Yoi, mahasiswa sekarang disibukkan dengan tugas yang beuruntun, memperbaiki IPK dan ikut simposium ini dan itu disana dan disini. Trus apa mahasiswa itu salah jika memilih jalan itu? wajar toh? biaya kuliah mahal, jadi memang harus ikut jalurnya kan? iya, emang gak salah, itu harus! sebenernya gak ada alasan sih buat menomorduakan tugas, IPK jelek atau gak bisa ikut simposium ini dan itu karena dekat dengan rakyat. tapi ya itu tadi, gue merasa jadi mahasiswa kok manja banget, mencari alasan ini dan itu untuk jauh dari rakyat. haha!

Nah, dari ngongkrong di warkop ini gue jadi nemuin hal yang luar biasa. kesempatan untuk dekat dengan rakyat! dekat dengan rakyat sebenernya bukan berarti kita harus tinggal dan selalu ada di sisi rakyat. maksudnya adalah kita tau apa dan bagaimana perkembangan rakyat, politik, ekonomi dan apa saja tentang NKRI. dan gue jadi tau itu semua dari warkop! ketika minum kopi dan makan mie rebus. yoi! warkop, selain tempat minum kopi dan makan mie rebus juga tempat paling tepat untuk diskusi, gak cuma masalah cinta, kadang masalah pertanian (secara gue kuliah di pertanian, jadi gak bakal jauh-jauh dari petani, dan pertanian), masalah politik, ekonomi bahkan sampai sejarah NKRI. dan lo tau ? gue baru tau kalau ternyata bapak Republik kita ini bukan Soekarno tapi Tan Malaka di warkop ketika menikmati kopi susu dan mie rebus! Gue baru tau kalau hampir semua hutan Pulau Aru mau ditebang cuma untuk bikin pabrik gula, dan saat itu teman-teman ngewarkop gue sedang berusaha untuk membantu penduduk Aru membela tanahnya, sedangkan gue baru ngeh saat itu, ketika minum kopi dan mie rebus!. ah, masih banyak hal yang gue temuin di warkop ketika menikmati kopi dan mie rebus. Nasionaslis dan cinta pada petani dan kaum marginal ini muncul ketika gue di warkop!


Mulai saat itu, ngewarkop menjadi agenda untuk menghilangkan kegalauan gundah gulana dan mencari inspirasi. bertemu dengan teman-teman yang sama-sama ngopi sambil nonton bola atau kontes dangdut yang diputar di warkop, atau hanya sekedar menghitung jumlah mobil yang lewat di jalanan. Kopi dan mie rebus, menjadi saksi hampir setiap malam atas kegalauan-kegalauan yang ada, tentang cinta, menikah, tugas akhir, dan NKRI!

Ternyata, nongkrong di warkop gak seburuk apa yang gue bayangin dulu. dan kopi gak sepahit yang gue rasain pertama kali, toh ternyata kopi dikasih susu juga bisa dinikmati bersama semangkuk mie rebus. huehehe!

Oia, penggalan lirik diatas itu udah saya buktikan.
bahwa arti sahabat itu emang gak ternilai harganya! saya melihat dan menemukan itu juga di warkop.
dan minum kopi yang paling nikmat itu adalah ketika kita join. kopimu kopiku, dan kopiku kopimu.
hehe!

Huwaaaa!
gue  jadi pengen segelas kopi dan semangkuk mie rebus di pinggir jalan,  menikmatinya sambil berdiskusi tentang apa saja. bukan tentang ego siapa aku, tapi tentang NKRI dan cinta!

Pekanbaru,
2 Desember 2016




You Might Also Like

0 komentar: